pusat benih ikan lele sangkuriang di Tangerang

Monday, July 23, 2018

Budidaya Rotifera (Brachionus sp)


Rotifera berdasarkan habitatnya ada dua yaitu Rotifera air tawar dan Rotifera air laut. Jenis Rotifera air tawar yang sudah dapat dibudidayakan secara massal adalah Brachionus calyciflorus dan jenis Rotifera air laut adalah Brachionus plicatilis. Dalam proses budidaya Rotifera air laut pada umumnya dikultur bersamaan dengan kultur phytoplankton sebagai makanannya, sedangkan Rotifera air tawar dapat dikultur tanpa menumbuhkan phytoplankton secara khusus tetapi dengan proses pemupukan maka phytoplankton air tawar akan tumbuh dengan sendirinya. Oleh karena itu untuk membudidayakan kultur massal Rotifera ini dilakukan di tempat yang terbuka agar proses fotosintesis di dalam wadah budidaya Rotifera bisa berlangsung dan phytoplankton akan tumbuh yang akan dipergunakan sebagai makanan Rotifera.

Dalam buku teks ini akan dibahas tentang membudidayakan Rotifera air tawar yang tidak membutuhkan air laut. Sedangkan Rotifera air laut yaitu Brachionus plicatilismembutuhkan air laut untuk budidayanya. Untuk mencapai hasil yang maksimal pada budidaya Rotifera baik Rotifera air tawar maupun Rotifera air laut membutuhkan pakan alami yaitu phytoplankton. Berdasarkan rantai makanan di perairan zooplankton sebagai konsumen yang memakan phytoplankton.

Peralatan dan wadah yang dapat digunakan dalam mengkultur pakan alami Rotifera ada beberapa macam. Jenis-jenis wadah yang dapat digunakan antara lain adalah bak semen, tanki plastik, bak beton, bakfiber dan kolam tanah. Sedangkan peralatan yang dibutuhkan untuk melakukan budidaya Rotifera antara lain adalah aerator/blower, selang aerasi, batu aerasi, selang air, timbangan, kantong plastik, tali rafia, saringan halus/seser, ember,gayung, gelas ukur kaca.

Pemilihan wadah yang akan digunakan dalam membudidayakan Rotifera sangat bergantung kepada tujuannya. Wadah yang terbuat dari bak semen, bak beton, bak fiber dan tanki plastik biasanya digunakan untuk membudidayakan Rotifera secara selektif yaitu membudidayakan pakan alami ditempat terpisah dari ikan yang akan mengkonsumsi pakan alami. Sedangkan wadah budidaya kolam tanah biasanya dilakukan untuk membudidayakan pakan alami nonselektif yaitu membudidayakan pakan alami secara bersama-sama dengan ikan yang akan mengkomsumsi pakan alami tersebut.

Rotifera yang dipelihara didalam wadah pemeliharaan akan tumbuh dan berkembang oleh karena itu harus dipantau kepadatan populasi Rotifera didalam wadah. Alat yang digunakan adalah gelas ukur kaca yang berfungsi untuk melihat kepadatan populasi Rotifera yang dibudidayakan didalam wadah pemeliharaan. Selain itu diperlukan juga seser atau saringan halus pada saat akan melakukan pemanenan Rotifera. Rotifera yang telah dipanen tersebut dimasukkan kedalam ember plastik untuk memudahkan dalam pengangkutan dan digunakan juga gayung plastik untuk mengambil media air budidaya Rotifera yang telah diukur kepadatannya.

Setelah berbagai macam peralatan dan wadah yang digunakan dalam membudidayakan pakan alami Rotifera diidentifikasi dan dijelaskan fungsi dan cara kerjanya , langkah selanjutnya adalah melakukan persiapan terhadap wadah tersebut. Langkah pertama adalah peralatan dan wadah yang akan digunakan ditentukan sesuai dengan skala produksi dan kebutuhan. Peralatan dan wadah disiapkan untuk digunakan dalam budidaya Rotifera. Wadah yang akan digunakan dibersihkan dengan menggunakan sikat dan diberikan desinfektan untuk menghindari terjadinya kontaminasi dengan mikroorganisme yang lain. Wadah yang telah dibersihkan selanjutnya dapat diari dengan air bersih.

Wadah budidaya yang telah diairi dapat digunakan untuk memelihara Rotifera. Air yang dimasukkan ke dalam wadah budidaya harus bebas dari kontaminan seperti pestisida, deterjen dan Chlor. Air yang digunakan sebaiknya diberi oksigen dengan menggunakan aerator dan batu aerasi yang disambungkan dengan selang aerasi. Aerasi ini dapat digunakan pula untuk menetralkan Chlor atau menghilangkan Carbondioksida didalam air. Kedalaman air didalam wadah budidaya yang optimum adalah 50 cm dan maksimum adalah 90 cm.

Langkah kerja dalam menyiapkan peralatan dan wadah kultur pakan alami Rotifera adalah sebagai berikut :

1.Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan tersebut!

2.Tentukan wadah yang akan digunakan untuk membudidayakan Rotifera

!

1.Bersihkan wadah dengan menggunakan sikat dan disiram dengan air bersih, kemudian lakukan pensucihamaan wadah dengan menggunakan desinfektan sesuai dengan dosisnya.

4.Bilaslah wadah yang telah dibersihkan dengan menggunakan air bersih.

5.Pasanglah peralatan aerasi dengan merangkaikan antara aerator, selang aerasi dan batu aerasi, masukkan ke dalam wadah budidaya. Ceklah keberfungsian peralatan tersebut dengan memasukkan ke dalam arus listrik.

6.Masukkan air bersih yang tidak terkontaminasi ke dalam wadah budidaya dengan menggunakan selang plastik dengan ke dalaman air yang telah ditentukan, misalnya 50 cm.

Media seperti apakah yang dapat digunakan untuk tumbuh dan berkembang pakan alami Rotifera. Rotifera merupakan hewan air yang hidup diperairan tawar subtropik dan tropik baik di daerah danau, sungai dan kolam-kolam. Berdasarkan habitat alaminya pakan alami Rotifera ini dapat hidup pada perairan yang mengandung unsur hara. Unsur hara ini dialam diperoleh dari hasil dekomposisi nutrien yang ada didasar perairan. Untuk melakukan budidaya pakan alami diperlukan unsur hara tersebut didalam media budidaya. Unsur hara yang dimasukkan ke dalam media tersebut pada umumnya adalah pupuk.

Jenis pupuk yang dapat digunakan sebagai sumber unsur hara pada media kultur pakan alami Rotifera adalah pupuk organik dan anorganik. Pemilihan antara kedua jenis pupuk tersebut sangat bergantung kepada ketersediaan pupuk tersebut dilokasi budidaya, dan kedua jenis pupuk tersebut dapat digunakan sebagai sumber unsur hara.

Jenis pupuk organik yang biasa digunakan adalah pupuk kandang, pupuk kandang adalah pupuk yang berasal dari campuran antara kotoran hewan dengan sisa makanan dan alas tidur hewan tersebut. Campuran ini telah mengalami pembusukan sehingga sudah tidak berbentuk seperti semula. Pupuk kandang yang akan dipergunakan sebagai pupuk dalam media kultur pakan alami adalah pupuk kandang yang telah kering. Mengapa pupuk kandang yang digunakan harus yang kering ? Pupuk kandang yang telah kering sudah mengalami proses pembusukan secara sempurna sehingga secara fisik seperti warna, rupa, tekstur, bau dan kadar airnya tidak seperti bahan aslinya.

Pupuk kandang ini jenisnya ada beberapa macam antara lain adalah pupuk yang berasal dari kotoran hewan sapi, kerbau, kelinci, ayam, burung dan kuda. Dari berbagai jenis kotoran hewan tersebut yang biasadigunakan adalah kotoran ayam dan burung puyuh. Kotoran ayam dan burung puyuh yang telah kering ini digunakan dengan dosis sesuai kebutuhan.

Jenis pupuk anorganik juga bisa digunakan sebagai sumber unsur hara pada media kultur Rotifera jika pupuk kandang tidak terdapat dilokasi tersebut. Jenis pupuk anorganik yang biasa digunakan adalah pupuk yang mengandung unsur Nitrogen, Phosphat dan Kalium. Pupuk anorganik yang banyak mengandung unsur nitrogen dan banyak dijual dipasaran adalah urea, Zwavelzure Ammoniak (ZA), sedangkan unsur Phosphat adalah Triple Superphosphat (TSP). Untuk lebih mudahnya saat ini juga sudah dijual pupuk majemuk yang mengandung unsur Nitrogen, Phosphate dan Kalium (NPK).

Pupuk yang dimasukkan ke dalam media kultur pakan alami yang berfungsi untuk menumbuhkan bakteri, fungi, detritus dan beragam phytoplankton sebagai makanan utama Rotifera. Dengan tumbuhnya pakan Rotifera di dalam media kultur maka pakan alami yang akan dipelihara di dalam wadah budidaya tersebut akan tumbuh dan berkembang.

Berapakah dosis pupuk yang harus ditebarkan ke dalam media kultur pakan alami Rotifera ? Berdasarkan pengalaman beberapa pembudidaya dosis yang digunakan untuk pupuk kandang dari kotoran ayam sebanyak 500 gram/m3, sedangkan yang berasal dari kotoran burung puyuh adalah 1000 gram/m3, atau 1,0 gram/liter. Tetapi dosis pupuk kandang yang berasal dari kotoran burung puyuh berdasarkan hasil penelitian dan memberikan pertumbuhan populasi Rotifera pada hari ketujuh sebanyak 80 individu/liter.

Dosis yang digunakan untuk pupuk anorganik harus dihitung berdasarkan kebutuhan unsur hara yang dibutuhkan. Beberapa pembudidaya ada yang menggunakan pupuk nitrat dan phosphat sebagai unsur hara yang dimasukkan ke dalam media kultur pakan alami. Dosis yang digunakan dihitung berdasarkan kandungan unsur hara yang terdapat dalam pupuk an organik, misalnya pupuk yang akan digunakan adalah urea dan ZA. Kadar unsur N dalam Urea adalah 46%, artinya dalam setiap 100 kg urea mengandung unsur N sebanyak 46 kg. Untuk ZA kadar N nya 21% , artinya kadar N dalam pupuk ZA adalah 21 kg. Sedangkan pupuk kandang yang baik mengandung unsur N sebanyak 1,5– 2%. Oleh karena dalam menghitung jumlah pupuk anorganik yang dibutuhkan dalam media kultur pakan alami dilakukan perhitungan matematis. Misalnya kebutuhan urea adalah V1N1 = V2N2, 2X1,5=VX46, maka kebutuhan Urea adalah 3 : 46 = 0,065 kg.

Pupuk yang telah ditentukan akan digunakan sebagai sumber unsur hara dalam media kultur pakan alami selanjutnya dihitung dan ditimbang sesuai dengan dosis yang dibutuhkan. Penimbangan dilakukan setelah wadah budidaya disiapkan. Kemudian pupuk tersebut dimasukkan ke dalam kantong plastik atau karung plastik diikat dan dilubangi dengan menggunakan paku atau gunting agar pupuk tersebut dapat mudah larut didalam media kultur pakan alami Rotifera. Pupuk tersebut akan berproses didalam media dan akan tumbuh mikroorganisme sebagai makanan utama dari Rotifera. Waktu yang dibutuhkan oleh proses dekomposisi pupuk didalam media kultur pakan alami Rotifera ini berkisar antara 7 – 14 hari. Setelah itu baru bisa dilakukan penebaran bibit Rotiferake dalam media kultur.

Selama dalam pemeliharaan harus terus dilakukan pemupukan susulan seminggu sekali dengan dosis setengah dari pemupukan awal. Pakan alami Rotifera mempunyai siklus hidup yang relatif singkat yaitu 4 – 12 hari. Oleh karena itu agar pembudidayaannya bisa berlangsung terus harus selalu diberikan pemupukan susulan. Dalam memberikan pemupukan susulan ini caranya hampir sama dengan pemupukan awal dan ada juga yang memberikan pemupukan susulannya dalam bentuk larutan pupuk yang dicairkan.

Parameter kualitas air didalam media kultur pakan alami Rotifera juga harus dilakukan pengukuran. Rotifera akan tumbuh dan berkembang pada media kultur yang mempunyai kandungan Oksigen terlarut sebanyak > 5 ppm, kandungan amonia < 1 ppm, suhu air berkisar antara 28 – 30 oC dan pH air antara 6 – 8. Langkah kerja yang harus dilakukan pada pembuatan media budidaya Rotifera sama dengan budidaya Daphnia.

Ada beberapa langkah yang harus dilakukan sebelum melakukan inokulasi bibit pakan alami ke dalam media kultur yaitu pertama melakukan identifikasi jenis bibit pakan alami Rotifera, kedua melakukan seleksi terhadap bibit pakan alami Rotifera, ketiga melakukan inokulasi bibit pakan alami sesuai dengan prosedur .

Identifikasi jenis-jenis pakan alami sudah dipelajari pada pembelajaran sebelumnya oleh karena itu pada pembelajaran kali ini siswa SMK dianggap sudah memahami morfologi, siklus hidup dan perkembangbiakan Rotifera. Langkah selanjutnya setelah dapat mengidentifikasi jenis Rotifera yang akan ditebar ke dalam media kultur adalah melakukan pemilihan terhadap bibit Rotifera. Pemilihan bibit Rotifera yang akan ditebar ke dalam media kultur harus dilakukan dengan tepat. Bibit yang akan ditebar ke dalam media kultur harus yang sudah dewasa. Rotifera dewasa berukuran 2,5 mm, anak pertama sebesar 0,8 mm dihasilkan secara parthenogenesis.

Setelah dapat membedakan antara individu Rotifera yang telur, anak, remaja dan dewasa maka selanjutnya adalah memilih individu yang dewasa sebagai calon bibit yang akan ditebarkan ke dalam media kultur. Jumlah bibit yang akan ditebarkan ke dalam media kultur sangat bergantung kepada volume media kultur. Padat penebaran bibit yang akan diinokulasi ke dalam media kultur biasanya adalah 20 – 25 individu perliter.



Cara yang dilakukan dalam melakukan inokulasi adalah dengan menebarkannya secara hati-hati ke dalam media kultur sesuai dengan padat tebar yang telah ditentukan. Penebaran bibit Rotifera ini sebaiknya dilakukan pada saat suhu perairan tidak terlalu tinggi yaitu pada pagi dan sore hari.

Langkah kerja dalam menebar bibit pakan alami Rotifera adalah sebagai berikut :

1.Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan sebelum melakukan inokulasi/penanaman bibit pakan alami Rotifera!

2.Siapkan mikroskop dan peralatannya untuk mengidentifikasi jenis Rotifera yang akan dibudidayakan!

3.Ambillah seekor Rotifera dengan menggunakan pipet dan letakkan diatas objek glass, dan teteskan formalin agar individu tersebut tidak bergerak !
4.Letakkan objek glass dibawah mikroskop dan amati morfologi Rotifera serta cocokkan dengan gambar .

5.Lakukan pengamatan terhadap individu Rotifera beberapa kali ulangan agar dapat membedakan tahapan stadia pada Rotifera yang sedang diamati dibawah mikroskop !

6.Hitunglah panjang tubuh individu Rotifera dewasa beberapa ulangan dan perhatikan ukuran tersebut dengan kasat mata!

7.Lakukanlah pemilihan bibit yang akan ditebarkan ke dalam media kultur dan letakkan dalam wadah yang terpisah!

8.Tentukan padat penebaran yang akan digunakan dalam budidaya pakan alami Rotifera tersebut sebelum dilakukan penebaran.

9.Hitunglah jumlah bibit yang akan ditebar tersebut sesuai dengan point 8.

10.Lakukan penebaran bibit pakan alami Rotifera pada pagi atau sore hari dengan cara menebarkannya secara perlahan-lahan ke dalam media kultur.

Pemupukan susulan pada budidaya Rotifera dilakukan sama dengan budidaya Daphnia. Frekuensi pemupukan susulan ditentukan dengan melihat sample air didalam media kultur , parameter yang mudah dilihat adalah jika transparansi kurang dari 0,3 m didalam media kultur. Hal ini dapat dilihat dari warna air media yang berwarna keruh atau warna teh bening. Jika hal tersebut terjadi segera dilakukan pemupukan susulan. Jenis pupuk yang digunakan sama dengan pemupukan awal.

Mengapa pertumbuhan populasi pakan alami Rotifera harus dipantau ? Kapan waktu yang tepat dilakukan pemantauan populasi pakan alami Rotifera yang dibudidayakan didalam media kultur ? Bagaimana kita menghitung kepadatan populasi pakan alami Rotifera di dalam media kultur ? Mari kita jawab pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan mempelajari beberapa referensi tentang hal tersebut atau dari majalah dan internet yang dapat menjawabnya. Didalam buku ini akan diuraikan secara singkat tentang pertumbuhan Rotifera, menghitung kepadatan populasi dan waktu pemantauannya.

Rotifera yang dipelihara dalam media kultur yang tepat akan mengalami pertumbuhan yang cepat. Secara biologis Rotifera akan tumbuh dewasa pada umur satu hari (24 jam setelah menetas), jika pada saat inokulasi yang ditebarkan adalah bibit Rotifera yang dewasa maka dalam waktu dua hari bibit Rotifera tersebut sudah mulai beranak, karena periode maturasi Rotifera pada media yang mempunyai suhu 25 oC adalah satu hari. Jumlah telur yang dikeluarkan dari satu induk bibit Rotifera adalah sebanyak 2-3 butir. Tetapi jika dilakukan budidaya di laboratorium jumlah telur yang dihasilkan dari induk betina amiktik adalah 3-6 butir. Daur hidup Rotifera adalah 6 – 12 hari dan Rotifera menjadi dewasa hanya dalam waktu satu hari, sehingga bisa diperhitungkan prediksi populasi Rotifera didalam media kultur.

Berdasarkan siklus hidup Rotifera maka kita dapat menentukan waktu yang tepat untuk dilakukan pemanenan sesuai dengan kebutuhan larva atau benih ikan yang akan mengkonsumsi pakan alami Rotifera. Ukuran Rotifera yang dewasa dan anak-anak berbeda oleh karena itu perbedaan ukuran tersebut sangat bermanfaat bagi ikan yang akan mengkonsumsi dan disesuaikan dengan ukuran bukaan mulut larva.

Pemantauan pertumbuhan pakan alami Rotifera di media kultur harus dilakukan agar tidak terjadi kepadatan populasi yang mengakibatkan tingkat kematian yang tinggi didalam media. Hal tersebut diakibatkan oleh kurangnya oksigen didalam media kultur. Untuk mengukur tingkat kepadatan populasi Rotifera didalam media kultur dilakukan dengan cara sampling beberapa titik dari media, minimal tiga kali sampling. Sampling dilakukan dengan cara mengambil air media kultur yang berisi Rotifera dengan menggunakan baker glass atau erlenmeyer. Hitunglah jumlah Rotifera yang terdapat dalam botol contoh tersebut, data tersebut dapat dikonversikan dengan volume media kultur.

Langkah Kerja dalam memantau pertumbuhan populasi pakan alami

Rotifera adalah sebagai berikut :

1.Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan sebelum melakukan pemantauan pertumbuhan populasi pakan alami Rotifera.

2.Tentukan waktu pemantauan kepadatan populasi sesuai dengan prediksi tingkat pertumbuhan Rotifera di media kultur.

3.Ambillah sampel air dimedia kultur dengan menggunakan baker glass/erlemeyer, amati dengan seksama dan teliti !

4.Hitunglah jumlah Rotifera yang terdapat dalam baker glass tersebut !

5.Lakukanlah kegiatan tersebut minimal tiga kali ulangan dan catat apakah terjadi perbedaan nilai pengukuran dari ketiga lokasi yang berbeda.

6.Hitunglah rata-rata nilai populasi dari ketiga sampel yang berbeda lokasi. Nilai rata-rata ini akan dipergunakan untuk menghitung kepadatan populasi pakan alami Rotifera di media kultur.

7.Catat volume air sampel dan jumlah Rotifera dari data point 6, lakukan konversi nilai perhitungan tersebut untuk menduga kepadatan populasi pakan alami Rotifera didalam media kultur.

Pemanenan pakan alami Rotifera ini dapat dilakukan setiap hari atau seminggu sekali atau dua minggu sekali. Hal tersebut bergantung kepada kebutuhan suatu usaha terhadap ketersediaan pakan alami Rotifera.

Pemanenan pakan alami Rotifera yang dilakukan setiap hari biasanya jumlah yang dipanen adalah kurang dari 20% . Pemanenan Rotifera dapat juga dilakukan seminggu sekali atau dua minggu sekali sangat bergantung kepada kelimpahan populasi Rotifera di dalam media kultur.

Untuk menghitung kepadatan Rotifera pada saat akan dilakukan pemanenan, dapat dilakukan tanpa menggunakan alat pembesar atau mikroskop. Rotifera diambil dari dalam wadah, yang telah diaerasi agak besar sehingga Rotifera merata berada di seluruh kolom air, dengan memakai gelas piala volume 100 ml. Rotifera dan air di dalam gelas piala selanjutnya dituangkan secara perlahan-lahan sambil dihitung jumlah Rotifera yang keluar bersama air.Apabila jumlah Rotifera yang ada sangat banyak, maka dari gelas piala 100 ml dapat diencerkan, caranya adalah dengan menuangkan ke dalam gelas piala 1000 ml dan ditambah air hingga volumenya 1000 ml.Dari gelas 1000 ml, lalu diambil sebanyak 100 ml. Rotifera yang ada dihitung seperti cara diatas, lalu kepadatan di dalam wadah budidaya dapat diketahui dengan cara mengalikan 10 kali jumlah didalam gelas 100 ml. Sebagai contoh, apabila di dalam gelas piala 100 ml terdapat 200 ekor Rotifera, maka kepadatan Rotifera diwadah budidaya adalah 10 X 200 ekor = 2000 individu per 100ml.


Pemanenan Rotifera dapat dilakukan berdasarkan siklus reproduksinya, dimana Rotifera akan menjadi dewasa pada umur satu hari dan dapat bertelur setiap hari, maka dapat dipredeksi kepadatan populasi Rotifera didalam media kultur jika padat tebar awal dilakukan pencatatan. Rotifera dapat berkembangbiak tanpa kawin dan usianya relative singkat yaitu 6 – 12 hari.


Pemanenan dapat dilakukan pada hari ke empat – sembilan jika populasinya sudah mencukupi, pemanenan tersebut dilakukan dengan cara menggunakan seser halus. Waktu pemanenan dilakukan pada pagi hari disaat matahari terbit, pada waktu tersebut Rotifera akan banyak mengumpul dibagian permukaan media untuk mencari sinar. Dengan tingkahlakunya tersebut akan sangat mudah bagi para pembudidaya untuk melakukan pemanenan. Rotifera yang barudipanen tersebut dapat digunakan langsung untuk konsumsi larva atau benih ikan.

Rotifera yang sudah dipanen tersebut dapat tidak secara langsung diberikan pada larva dan benih ikan hias yang dibudidayakan tetapi dilakukan penyimpanan. Cara penyimpanan Rotifera yang dipanen berlebih dapat dilakukan pengolahan Rotifera segar menjadi beku . Proses tersebut dilakukan dengan menyaring Rotifera dengan air dan Rotiferanya saja yang dimasukkan dalam wadah plastic dan disimpan didalam lemari pembeku (Freezer).

Langkah kerja dalam melakukan pemanenan Rotifera dilakukan sama dengan pemanenan pada Daphnia, yang membedakan adalah waktu pemanenan dan jumlah Rotifera yang akan dipanen setiap hari.


Gambar . Brachionus sp



Gambar . Wadah Budidaya Rotifera secara massal


Referensi: Buku Ajar Produksi Pakan Alami. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Kemendikbud. 2013

No comments:

Post a Comment

Kontak

Hei Hubungi Kami di 081386423223 (Asep Ibrohim)

Anda Pengunjung Ke

lokasi kami