pusat benih ikan lele sangkuriang di Tangerang

Saturday, September 8, 2018

Siklus hidup dan perkembangbiakan Artemia salina



Identifikasi Artemia perlu dilakukan agar tidak terjadi kesalahan dalam melakukan inokulasi. Artemia merupakan salah satu jenis zooplankton yang hidup diperairan laut yang bersalinitas antara 42 sampai dengan 316 permil. Berdasarkan klasifikasinya Artemia sp dapat dimasukkan kedalam :

Filum
:
Arthropoda
Kelas
:
Crustacea
Ordo
:
Anastraca
Famili
:
Artemidae
Genus
:
Artemia
Spesies
:
Artemia salina


Morfologi Artemia dapat dilihat secara langsung dibawah mikroskop, ciri khas nya yang sangat mudah untuk dikenali setelah kistaArtemia menetas adalah berubah menjadi nauplius. Dalam perkembangannya mengalami 15 kali perubahan bentuk (metamorfosis) , setiap kali perubahan bentuk merupakan tahapan suatu tingkatan yaitu instar I – instar XV, setelah itu menjadi artemia dewasa.

Tubuh Artemia dewasa mempunyai ukuran 1 – 2 cm dengan sepasang kaki majemuk dan 11 pasang thoracopoda. Setiap thoracopoda mempunyai eksopodit, endopodit dan epipodite yang masing-masing berfungsi sebagai alat pengumpul pakan, alat berenang dan alat pernafasan.

Artemia yang akan ditebar kedalam media penetasan berasal dari cyst artemia. Cyst artemia berupa telur yang mengalami fase istirahat karena kondisi lingkungan perairan buruk . Hal ini terjadi karena sifat induk artemia di alam mempunyai dua cara perkembangbiakan yaitu pada saat kondisi perairan baik maka telur yang dihasilkan akan langsung menetas menjadi nauplius (ovovivipar) sedangkan pada kondisi perairan buruk akan disimpan dalam bentuk telur (kista) disebut juga ovipar. Untuk lebih jelasnya tentang perkembangbiakan Artemia dapat dilihat pada Gambar berikut: 



Gambar. Siklus reproduksi Artemia salina



Cara yang dilakukan dalam melakukan inokulasi adalah dengan menebarkannya secara hati-hati kedalam media kultur sesuai dengan padat tebar yang telah ditentukan. Penebaran bibit Artemia ini sebaiknya dilakukan pada saat suhu perairan tidak terlalu tinggi yaitu pada pagi dan sore hari.Cyst Artemia atau kista Artemia adalah telur yang telah berkembang lebih lanjut menjadi embrio dan kemudian diselubungi oleh cangkang yang tebal dan kuat. Cangkang ini berguna untuk melindungi embrio terhadap pengaruh kekeringan, benturan keras, sinar ultra violet dan mempermudah pengapungan. Jadi cyst artemia itu yang akan ditetaskan adalah hasil dari perkawinan artemia dewasa jantan dan betina yang pada kondisi lingkungan buruk akan membentuk fase istirahat atau dorman. Dan biasanya disebut telur kering (diapauze).


Artemia yang dijual dipasaran merupakan hasil budidaya atau eksploitasi dari alam yang dikemas dalam kemasan kaleng dengan berat rata-rata 450 gram. Telur artemia yang berasal dari laut atau tambak ini dipanen dengan menggunakan seser, kemudian dibersihkan dari kotoran-kotoran yang melekat. Kista yang berisi embrio akan mengapung dipermukaan air. Kemudian kista tersebut dikeringkan dibawah sinar matahari atau dengan alat pengering/oven dengan suhu sebaiknya tidak lebih dari 40oC . Pengeringan didalam alat pengering ini dilakukan selama tiga jam sampai kadar air dari kista tersebut kurang dari 10% agar tahan lama dalam penyimpanan. Lama penyimpanan kista artemia jika dilakukan pengemasan dengan kaleng tanpa udara atau kantong plastik berisi gas Nitrogen adalah lima tahun.

Menurut cara reproduksinya Artemia dibagi menjadi dua yaitu Artemia yang bersifat biseksual dan Artemia yang bersifat partenogenetik. Reproduksi secara biseksual terjadi dengan pembuahan dan partenogenetik terjadi tanpa pembuahan. Perkembangbiakan secara biseksual maupun partenogenetik dapat terjadi secara ovovivipar dan ovipar tergantung kondisi lingkungan terutama salinitas. Pada ovovivipar yang dihasilkan induk adalah anak yang disebut nauplius dan biasa terjadi pada kondisi lingkungan yang cukup baik. Sedangkan dengan cara ovipar yang dihasilkan induk adalah berupa telur yang bercangkang tebal yang disebut kista dan biasa terjadi bila kondisi lingkungan memburuk Artemia bersifat pemakan segala atau omnivora. Artemia dalam mengambil makanan bersifat penyaring tidak selektif ( non-selective filter feeder), sehingga apa saja yang dapat masuk mulut Artemia menjadi makanannya.

Artemia dapat memakan makanan dengan ukuran makanannya sampai 50 mikron meter. Di perairan alam, yang menjadi makanan Artemia antara lain detritus bahan organik (sisa-sisa jasad hidup), ganggang-ganggang renik (ganggang hijau, ganggang biru, dan ganggang merah), diatome, bakteri dan cendawan (ragi laut) (Mudjiman, 1989).Artemia yang baru menetas disebut juga dengan naupli. Naupli berwarna orange, berbentuk bulat lonjong dengan panjang 400 mikron meter dan lebar 170 mikron meter (Isnanstyo, 1995) sedangkan Artemia dewasa hampir menyerupai udang kecil dengan ukuran 10 – 20 mm. KistaArtemia akan menetas setelah diaerasi selama 20 jam, naupli tersebut mempunyai bagian tubuh berwarna kuning kecoklatan, sepasang mata berwarna merah terletak disekitar kepala, dan 3 pasang apendiks, antena I (berfungsi sebagai sensor), antena II (sebagai alat gerak dan penyaring makanan). Naupli Artemia yang baru menetas akan memasuki fase instar I. Pada fase ini naupli Artemia belum makan karena sistem pencernaan belum berkembang sempurna sehingga makanan masih berasal dari kuning telur. Setelah 8 jam naupli akan berkembang menjadi fase instar II dimana naupli sudah dapat menyaring makanan yang berukuran 1-50 mikron meter. Naupli Artemia memiliki kandungan gizi yang tinggi, berdasarkan hasil proksimat naupli Artemia mengandung 56.2 % protein, 17.0% lemak, 3.6% karbohidrat, 0% serat kasar, 7.6% abu. Kandungan protein yang tinggi ini menyebabkan Artemia digunakan sebagai pakan alami yang sulit digantikan dengan pakan yang lain.

Artemia dewasa toleran terhadap fluktuasi suhu yang sangat bervariasi mulai dari suhu -18 derajat sampai 40 derajat. Suhu optimal untuk penetasan kista dan pertumbuhan adalah 25-30oC. Meskipun demikian hal ini akan ditentukan oleh strain masing-masing. Artemia yang ditetaskan dan diberikan kepada larva atau benih ikan air tawar masih dapat bergerak karena berdasarkan hasil pengamatan nauplius artemia salina ini dapat hidup dalam air tawar selama 5 jam sebelum akhirnya mati.

Parameter kualitas air yang harus diperhatikan untuk mengamati siklus hidup dan perkembangbiakan Artemia salina adalah pada kondisi lingkungan yang optimal agar artemia yang sudah menetas masih dapat bertahan hidup. Adapun parameter yang optimal antara lain adalah pH, cahaya, dan oksigen. Nilai ph yang optimal adalah berkisar antara 8-9, sedangkan pH di bawah 5 atau lebih tinggi dari 10 dapat membunuh Artemia. Cahaya minimal diperlukan dalam proses penetasan dan akan sangat menguntungkan bagi pertumbuhan Artemia salina. Lampu standar grow-lite sudah cukup untuk keperluan hidup Artemia. Kadar oksigen harus dijaga dengan baik untuk pertumbuhan artemia. Artemia dengan supply oksigen yang baik, Artemia akan berwarna kuning atau merah jambu. Warna ini bisa berubah menjadi kehijauan apabila mereka banyak mengkonsumsi mikro algae. Pada kondisi yang ideal seperti ini, Artemia akan tumbuh dah beranak-pinak dengan cepat.

Sehingga supply Artemia untuk ikan yang kita pelihara bisa terus berlanjut secara kontinyu. Apabila kadar oksigen dalam air rendah dan air banyak mengandung bahan organik, atau apabila salinitas meningkat, artemia akan memakan bakteria, detritus, dan sel-sel kamir (yeast). Pada kondisi demikian mereka akan berwarna merah atau orange. Apabila keadaan ini terus berlanjut mereka akan mulai memproduksi kista.

Artemia salina mempunyai kebiasaan makannya adalah pemakan segala yang bersifat sebagai non selective filter feeder atau tidak selektif dalam menyaring makanan, sehingga apa saja yang ada di perairan (berukuran paling besar 50 mikron meter) dapat masuk ke dalam mulut artemia. Oleh karena itu diperlukan makanan dengan ukuran partikel khusus, yaitu lebih kecil dari 50 mikron meter. Makanan yang diberikan dapat berupa makanan buatan maupun makanan hidup atau plankton. Makanan buatan yang memberikan hasil cukup baik dan mudah didapat adalah dedak halus. Cara pemberiannya harus disaring terlebih dahulu dengan saringan 60 mikron meter. Selain itu juga dapat diberikan makanan yaitu pakan alami phytoplanktonseperti Tetraselmis sp, Chaetoceros sp, dan Skeletonema sp. Jenis pakan lainnya yang dapat diberikan selama masa pemeliharaan artemia salina adalah campuran bungkil kelapa dan tepung ikan dengan perbandingan 1:1 dalam dosis 10 gr/ton/hari. Dengan pemberian pakan yang kontinue maka Artemia salina akan tumbuh dan berkembangbiak menghasilkan nauplius jika kondisi lingkungan budidayanya optimal.

Referensi: Buku Ajar Produksi Pakan Alami. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Kemendikbud. 2013


No comments:

Post a Comment

Kontak

Hei Hubungi Kami di 081386423223 (Asep Ibrohim)

Anda Pengunjung Ke

lokasi kami