pusat benih ikan lele sangkuriang di Tangerang

Monday, September 3, 2018

Cara Mudah Budidaya Maggot untuk pakan ikan

Maggot merupakan larva dari serangga Hermetia illucens (Diptera, famili: Stratiomydae) atau Black Soldier yang dapat mengkonversi material organik menjadi biomassnya. Disamping memiliki potensi sebagai sumber protein pakan, maggot juga memiliki fungsi sebagai pakan alternatif. Salah satu keunggulan maggot adalah dapat diproduksi sesuai dengan ukuran yang diinginkan. Sebagai sumber protein hewani, Maggot juga berpotensi untuk mengganti tepung ikan yang semakin langka keberadaannya saat ini. Kandungan protein yang terdapat pada maggot sangat tinggi sehingga maggot sangat baik digunakan untuk mempercepat proses pertumbuhan pada ikan-ikan budidaya

Maggot merupakan organisme yang berasal dari telur black soldier yang mengalami metamorfosis pada fase kedua setelah fase telur dan sebelum fase pupa yang kemudian berubah menjadi lalat dewasa. Klasifikasi maggot menurut Anonim (2010) adalah sebagai berikut : Kingdom : Animalia

Phylum : Arthropoda

Class : Insecta

Order : Diptera

Family : Stratiomyidae

Subfamily : Hermetiinae

Genus : Hermetia

Species : Hermetia illucens

Hermetia illucens dalam siklus hidupnya tidak hinggap dalam makanan yang langsung dikonsumsi manusia. Dalam usia dewasa makanan utamanya adalah sari bunga, sedangkan pada usia muda makanannya berasal dari cadangan makanan yang ada dalam tubuhnya. Perkembangbiakan dilakukan secara seksual, yang betina mengandung telur, kemudian telur diletakkan pada permukaan yang bersih, namun berdekatan dengan sumber makanan yang cocok untuk larva. Larva kecil sangat memerlukan banyak makanan untuk tumbuh sehingga menjadi pupa. Sumber makanan yang paling disukai adalah Palm Kernel Meal (PKM) yang sudah terfermentasi. Prospek untuk pengembangan maggot sebagai pakan ikan lebih aman adalah jenis Hermetia illucens dan termasuk ke dalam kelompok pakan alami.

Maggot banyak digunakan sebagai pakan pada ikan-ikan air tawar seperti ikan patin, ikan toman, dan ikan arwana. Maggot yang diberikan dapat berupa maggot segar maupun maggot yang telah dihancurkan. Maggot digunakan sebagai bahan baku pakan pengganti tepung ikan. Beberapa keuntungan maggot sebagai pakan ikan yaitu mudah dibudidayakan karena maggot mampu memanfaatkan bahan organik (limbah), dapat dibudidayakan secara massal, mengandung antimikroba, anti jamur, dan tidak membawa penyakit. Maggot mengandung protein yang tinggi yaitu 30-45 %, mengandung asam lemak essensial linoleat dan linolenat (KKP, 2010). Menurut rini dalam Koran Jakarta (2010), kandungan protein yang terdapat pada maggot lebih tinggi 20-25 % dibanding pakan buatan. Melihat hal tersebut, penggunaan maggot sebagai pakan ikan cukup menguntungkan karena untuk mendapatkan pakan alami berprotein tinggi dapat dilakukan dengan memproduksi maggot pada media tumbuh yang optimal.

Media tumbuh yang optimal untuk tumbuh dan berkembangnya maggot pada setiap daerah biasanya berbeda. Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan berbagai media tumbuh dengan parameter pengamatan biomas yang dihasilkan yaitu berat maggot didapatkan hasil yang berbeda.Pada penelitian yang akan menggunakan berbagai media yang berbeda untuk mengetahui media yang paling baik untuk menumbuhkan maggot dan bahan yang digunakan antara lain tepung pollard, palm kernel meal, bungkil kelapa, ampas tahu, dan dedak. Bahan-bahan tersebut merupakan hasil sampingan dari pengolahan yang harganya relatif murah namun dapat digunakan sebagai media pertumbuhan maggot sebab masih memiliki kandungan nutrisi di dalamnya.

Berdasarkan hasil yang diperoleh pada kegiatan ini tampak bahwa media yang menghasilkan jumlah maggot terbanyak yaitu media tepung pollard dan dedak hal itu tampak dari jumlah rata-rata maggot yang dihasilkan yaitu secara berurut 456,6 g maggot pada media pollard dan 430 g maggot pada media dedak. Dedak padi yang digunakan sebagai media pertumbuhan maggot merupakan hasil sampingan proses pemecahan kulit gabah, yang terdiri atas lapisan kutikula sebelah luar dan hancuran sekam. Dedak ini mengandung nutrient yang dibutuhkan oleh maggot. Menurut Murni et al. (2008), dedak mengandung nutrisi sebagai berikut yaitu protein kasar 12-14%, kadar lemak 7-19%, kadar abu 9-12%, serat kasar 8-13%, dan BETN 64-42%. Kandungan nutrient ini yang merangsang Black soldier untuk berproduksi di media yang telah disediakan. Dedak yang paling baik adalah dedak halus yang didapat dari proses penyosohan beras. Dedak yang digunakan untuk proses kultur maggot tidak sulit diperoleh karena produksi dedak di Indonesia cukup banyak yaitu dapat mencapai empat juta ton dan murah, hal itu tampak dari produksi padi Indonesia. Bahan dedak padi ada 2 macam yaitu dedak halus (katul) dan dedak kasar. Maggot akan mengkonversi protein dan berbagai nutrient menjadi biomassa maggot. Maggot ini akan mereduksi nutrient yang terdapat di media sebesar 50-70% .

Sementara jumlah maggot pada media PKM dan kombinasi PKM, bungkil kedelai, tepung pollard, dan dedak memiliki jumlah maggot yang lebih sedikit. PKM dan ampas tahu merupakan media yang mengandung nutrisi yang cukup. Tepung PKM (Palm Kernel Meal) merupakan bahan sampingan (by-product) yang dihasilkan sesudah ekstrak minyak kelapa sawit (Palm Kernel Oil). PKM memiliki kandungan protein yang tinggi sekitar 14-21%, dan kandungan lemak sekitar 8-17%. PKM juga kaya akan Arginin, Leusin, dan Sistein, tetapi miskin kandungan Lisin. Nilai protein yang tinggi tidak menjamin kebutuhan nutrisi bagi pertumbuhan maggot yang terdapat di media cocok bagi pertumbuhan maggot. Begitu pula dengan ampas tahu, yang memiliki kandungan gizi berupa protein (23,55%), lemak (5,54%), karbohidrat (26,92%), abu (17,03%), serat kasar (16,53%), dan air (10,43%). Media ampas tahu yang digunakan untuk pertumbuhan maggot memiliki kadar air yang tinggi, hal itu tampak saat media ampas tahu yang digunakan masih basah. Kondisi air yang tinggi menghambat pertumbuhan maggot (Anonim, 2010).

Lain halnya pada media bungkil kelapa, jumlah rata-rata maggot yang tumbuh dari tiga ulangan yaitu 6,6 g, rendahnya jumlah maggot yang dihasilkan dikarenakan media bungkil kelapa yang digunakan mengandung air yang tinggi hal ini menghambat perkembangbiakan maggot pada media tersebut. Bungkil kelapa pada umumnya mengandung protein kasar sekitar 20 % dan biasanya digunakan sebagai bahan pakan ternak unggas. Namun kandungan protein tersebut tidak dapat dimanfaatkan secara optimum karena nilai kecernaannya yang rendah. Akan tetapi kandungan proteinnya dapat ditingkatkan melalui proses fermentasi ataupun penambahan Nitrogen anorganik seperti Urea dan ZA. Setelah difermentasi maka akan terjadi peningkatan kadar protein kasar, kalsium, fosfor, serta penurunan kandungan lemak dan serat kasar. Pengamatan perkembangan maggot dilakkan setiap hari dengan melihat kondisi media tumbuh maggot dan tingkat pertumbuhan maggot.

Berdasarkan hasil pengamatan biomassa dari penelitian ini dimana dilakukan pengukuran biomassa maggot sebagai pertumbuhan maggot pada media tumbuh yang sudah disiapkan. Pertumbuhan maggot selama pemeliharaan pada media yang berbeda tersebut disajikan pada Tabel berikut. 

Tabel. Hasil pengamatan budidaya maggot Hermetia illucens dengan berbagai perlakuan media
 

No.
Perlakuan
Biomassa rata-rata


(gram)



1.
Tepung pollard
456,67
2.
Palm Kernel Meal (PKM)
35,00
3.
Bungkil kelapa
6,60
4.
Ampas tahu
57,33
5.
Dedak
430,00
6.
Pollard+PKM+Bungkil Kedele+dedak
275,00





Berdasarkan tabel pengamatan tersebut pertumbuhan biomasa tertinggi diperoleh pada media tumbuh yang berasal dari tepung pollard dan dedak.

Budidaya Maggot di Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar Sukabumi (BBPBATS) hingga tahun 2006 sudah berhasil diproduksi dengan cara menyiapkan media bungkil kelapa sawit (Palm Kernel Meal / PKM) fermentasi yang ditempatkan dalam wadah dengan sumber serangga black soldier (Hermentia illucens) dan alam. Dari beberapa kali produksi hasilnya tidak konsisten dan sulit diprediksi, oleh karenanya metoda budidaya maggot akan disempumakan dengan mengupayakan agar produk maggot lebih terkontrol. Dengan terkumpul telur ini, maka produksi maggot sudah dapat diprediksi dan segi kontinyuitas dan kuantitasnya. 

Untuk memperoleh hasil maggot yang optimal dilakukan pentahapan budidaya maggot, yaitu pada pentahapan setelah proses fermentasi bungkil sawit, akan dilakukan penyebaran media ke berbagai tempat Iingkungan hidup Black soldier seperti di taman bunga, kebun dan hutan. Dengan tahapan ini diharapkan serangga ini tertarik, kemudian kawin dan meletakkan telurnya dalam wadah yang sudah disiapkan. Langkah selanjutnya telur tersebut dikoleksi untuk ditetaskan dan diproses sebagaimana pembudidayaan maggot.

PPPPTK Pertanian pada tahun 2007 mencoba melakukan budidaya maggot tersebut. Berdasarkan beberapa referensi maggot dapat dikembangbiakkan pada media tertentu, salah satunya limbah (ampas) tahu. Pada kegiatan ini dipilih ampas tahu sebagai media perkembangbiakkan maggot. Pemilihan ampas tahu dalam kegiatan ini dengan alasan antara lain adalah mengurangi pencemaran lingkungan khususnya perairan, pada tepung ampas tahu juga masih terdapat kandungan gizi yaitu protein (23,55%), lemak (5,54%), karbohidrat (26,92%), abu (17,03%), serat kasar (16,53%) dan air (10,43%). Ketika ampas tahu dipilih untuk dijadikan media , diharapkan terjadi transfer energi dari ampas tahu pada maggot yang dihasilkan. Selain itu, sebagai limbah ampas tahu mudah didapatkan dengan harga relatif terjangkau. Hal itu menjadikan teknologi pembiakan maggot merupakan teknologi yang murah dan mudah diaplikasikan.Selama ini para petani ikan sudah memanfaatkan limpah ampas tahu sebagai pakan ikan, namun hal itu diberikan secara langsung tanpa melalui proses terlebih dahulu. Padahal ampas tahu tidak bisa diberikan kepada semua jenis ikan.

Budidaya maggot dilakukan dengan terlebih dahulu mempersiapkan peralatan, wadah dan media yang dibutuhkan antara lain : bambu, baskom 5 liter, plastik polybag sebagai penutup, kawat, daun pisang dan ampas tahu.

Baskom yang digunakan terlebih dahulu diberi lubang pada masing-masing pinggirannya yang berfungsi untuk mengeluarkan aroma dari ampas tahu yang akan menarik perhatian lalat Black Soldier untuk hinggap. Ampas tahu diletakkan pada masing-masing baskom tersebut dengan sedikit tambahan air, kemudian dipasangkan pada bambu dengan cara menjepit. Bambu yang telah dipasang baskom tersebut kemudian ditanam/ditancapkan ke dalam tanah. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar berikut.



Gambar. Persiapan alat, wadah dan media budidaya maggot

Telur Black Soldier terlihat terdapat pada media setelah 2 minggu dengan jumlah yang relatif sedikit. Hal ini bisa diakibatkan karena populasi lalat Black Soldier di lingkungan tempat kegiatan masih sedikit. Telur Black Soldier berwarna kekuningan berbentuk elips dengan panjang sekitar 1

am.Warnanya akan berubah menjadi kecoklatan/gelap menjelang menetas dan menetas setelah 24 jam. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar berikut. 


Gambar. Telur lalat Black Soldier


Larva Black Soldier (maggot) berbentuk elips warna kekuningan dan hitam di bagian kepala. Pada kegiatan ini telur-telur tersebut tidak menetas. Hal ini terjadi karena media yang terdapat di dalam wadah menjadi lebih encer/meningkat kadar airnya karena tingkat kelembaban udara yang meningkat pada saat musim hujan. Untuk menciptakan atau menambah populasi lalat Black Soldier di tempat kegiatan maka didatangkan pupa lalat tersebut dari instansi lain dan kurang lebih 1 minggu kemudian pupa akan menetas menjadi lalat. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada Gambar berikut.


Gambar. Pupa (kiri) dan lalat Black Soldier (kanan)


Persiapan Media dan Wadah Budidaya Maggot

Kegiatan budidaya maggot dilakukan dengan membuat media tumbuh maggot. Wadah yang dipergunakan untuk memelihara induk maggot yaitu lalat Black soldier dapat dibuat dengan menggunakan kerangka kayu yang dilapisi dengan kain strimin plastik, seperti membuat kotak empat persegi. Ukuran kotak tempat tumbuh dan berkembangnya lalat black soldier sangat bergantung kepada kapasitas produksi yang diharapkan. Didalam kotak tersebut diletakkan pohon yang berbunga. Hal ini dikarenakan berdasarkan siklus hidupnya lalat Black soldier pada usia dewasa makanan utamanya adalah sari bunga, sedangkan pada usia muda makanannya berasal dari cadangan makanan yang ada dalam tubuhnya. Pada kandang lalat tersebut induk jantan dan induk betina lalat Black soldier akan melakukan perkembangbiakan secara seksual, induk betina setelah perkawinan akan mengandung telur, kemudian telur diletakan pada permukaan yang bersih. Oleh karena itu pada kandang lalat tersebut diletakkan media tumbuh untuk peletakkan telur lalat Black soldier.

Media yang dipergunakan untuk tumbuh dan berkembangbiaknya telur tersebut sesuai dengan keinginan pembudidaya. Pada alinea sebelumnya telah dijelaskan berbagai macam media tumbuh untuk berkembangbiaknya telur lalat tersebut. Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya di Balai Besar Budidaya Ikan Hias Depok media yang terbaik yang digunakan untuk pertumbuhan telur lalat Black soldier adalah tepung PKM (Palm Kernel Meal). Sedangkan peneliti yang lain menggunakan dedak dan pollard juga bisa memberikan pertumbuhan biomassa. Oleh karena itu para siswa SMK diharapkan untuk melakukan beberapa pengamatan pertumbuhan lalat Black soldier ini dengan mengamati pertumbuhan biomassa maggot dengan media tumbuh yang berbeda.

Pemanenan maggot dilakukan dengan memisahkan maggot dari media tumbuhnya yaitu dengan menggemburkan tanah dibawah cahaya matahari, pada saat itu maggot akan bergerak ke atas. Saat maggot di atas permukaan media dilakukan pengumpulan maggot dan diletakkan di dalam wadah yang telah disediakan.

Bahan-bahan yang digunakan dalam membudidayakan maggot adalah serangga Black soldier, bungkil kelapa sawit sebanyak 10 ton dan bahan fermentasi. Alat-alat yang digunakan antara lain kantong plastik, baskom plastik 100 buah, kandang untuk pemeliharaan serangga black soldier 1 unit, dan drum plastik 10 buah.

Prosedur dalam kultur massal maggot adalah sebagai berikut :

1.Fermentasi Bungkil Sawit (PKM), Bungkil sawit dimasukkan ke dalam drum plastik, tiap drum diisi sebanyak kurang lebih 50 kg. Tambahkan cairan rumen, dan isi perut kambing atau sapi sebanyak 5-10%, campur dengan air sehingga 3 kali lipat dan jumlah bungkil sawit. Isi rumen ini dimaksudkan sebagai sumber mikroba yang diperlukan dalam proses fermentasi. Selama proses fermentasi, drum plastik dalam kondisi terlindung dan ditutup rapat. Proses fermentasi dalam kondisi anaerob. Waktu yang diperlukan antara 10-14 hari. Bungkil sawit fermentasi ini digunakan sebagai media untuk menarik Black soldieragar mau menempatkan telurnya dalam wadah yang sudah disiapkan, karena bahan ini memiliki bau yang khas.

2.Koleksi Telur Maggot, Untuk mendapatkan telur maggot, dilakukan dengan cara menempatkan keranjang ukuran 30 x 20 x 20 cm yang diisi dengan PKM fermentasi sebanyak 2 kg. Serangga Black soldier yang sudah dewasa akan tertarik dengan bau PKM fermentasi kemudian kawin dan menempatkan telurnya ke dalam dinding keranjang. Telur yang sudah menempel dalam keranjang bisa dilakukan pemanenan telur atau langsung ditetaskan dan dipelihara sementara waktu dalam keranjang.

3.Budidaya Maggot, Telur maggot yang berada dalam keranjang tersebut diatas selanjutnya dipelihara dalam bak semen ukuran 1 x 1,5x I m dan baskom ukuran volume 25 1. Sebagai kontrol dilakukan pula produksi maggot dalam bak semen tanpa dilakukan terlebih dahulu koleksi telur. Pemberian PKM sebagai bahan pakan maggot dilakukan setelah maggot usia 5-14 hari, jumlah pemberian kurang Iebih 3-10% dari biomas maggot, setiap harinya diberikan satu kali. Pemeliharaan maggot berkisar 10-15 hari.

4.Panen Maggot dan Penepungan, Panen maggot dilakukan dengan cara memisahkan maggot dengan media kultur, kemudian dibilas dengan air. Maggot selanjutnya dicampur dengan dedak, dengan penbandingan 3 maggot dan 1 bagian dedak. Campuran tersebut selanjutnya dicetak dalam mesin pelet basah. Bahan pakan maggot ini kemudian dikeringkan dengan menggunakan oven pada suhu 60°C. Proses pengeringan memerlukan waktu 12-15 jam. Bahan ini selanjutnya digiling sampai berbentuk tepung halus dengan menggunakan Disk Meal

Tepung maggot ini merupakan bahan baku pakan ikan yang kaya dengan kandungan protein, sehingga diharapkan dapat menggantikan atau mensubstitusi posisi tepung ikan dalam pakan.


Referensi: Buku Ajar Produksi Pakan Alami. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Kemendikbud. 2013

1 comment:

Kontak

Hei Hubungi Kami di 081386423223 (Asep Ibrohim)

Anda Pengunjung Ke

lokasi kami