pusat benih ikan lele sangkuriang di Tangerang

Friday, December 21, 2018

Kebutuhan Karbohidrat pada pakan ikan.

Pollard salah satu sumber karbohidrat  dalam pakan ikan via nusfeed.id


Karbohidrat merupakan salah satu makro nutrien dan menjadi sumber energi utama pada manusia dan hewan darat. Pada ikan, tingkat pemanfaatan karbohidrat dalam pakan umumnya rendah pada khususnya hewan karnivora, karena pada ikan sumber energi utama adalah protein. Ikan karnivora lebih sedikit mengkonsumsi karbohidrat dibandingkan dengan omnivora dan herbivora. Selain itu ikan yang hidup diperairan tropis dan air tawar biasanya lebih mampu memanfaatkan karbohidrat daripada ikan yang hidup diperairan dingin dan air laut. Ikan laut biasanya lebih menggunakan protein dan lemak sebagai sumber energi daripada karbohidrat, tetapi peranan karbohidrat dalam pakan ikan sangat penting bagi kehidupan dan pertumbuhan ikan. Berdasarkan hasil penelitian memperlihatkan bahwa ikan yang diberi pakan dengan kandungan protein tinggi tanpa karbohidrat dapat menyebabkan penurunan laju pertumbuhan dan retensi protein tubuh. Selain itu pakan yang mengandung karbohidrat terlalu sedikit akan menyebabkan terjadinya tingkat katabolisme protein dan lemak yang tinggi untuk mensuplai kebutuhan energi ikan dan menyediakan metabolisme  lanjutan (intermedier) untuk sintesis senyawa biologi penting lainnya, sehingga pemanfaatan protein untuk pertumbuhan berkurang. Oleh karena itu pada komposisi pakan ikan harus ada keseimbangan antara karbohidrat, protein dan lemak, dimana ketiga nutrien tersebut merupakan sumber energi bagi ikan untuk tumbuh dan berkembang.

Karbihidrat merupakan senyawa organik yang tersusun dari ataom karbon (C), hidrogen (H) dan Oksigen (O) dalam suatu perbandingan tertentu. Karbohidrat berdasarkan analisa proksimat terdiri dari serat kasar dan bahan ekstrak tanpa nitrogen. Karbohidrat biasanya terdapat pada tumbuhan termasuk pada gula sederhana, kanji, selulosa, karet dan jaringan yang berhubungan dan mengandung unsur C,H,O dengan rasio antara hidrogen dan oksigen 2:1 yang hampir serupa dengan H2O dan kemudian dinamakan ”karbohidrat”. Formula umum karbohidrat adalah Cn (H2O)2.

Klasifikasi Karbohidrat


Karbohidrat diklasifikasikan ke dalam tiga kelompok yaitu monosakarida, disakarida, dan polisakarida. Pembagian karbohidrat ini berdasarkan pada jumlah molekul pembentuknya, satu, dua atau beberapa unit gula sederhana. Disakarida dan polisakarida merupakan turunan (derivat) dari monosakarida. Monosakarida tidak dapat dihidrolisa lagi menjadi bentuk yang lebih sederhana. Disakarida dapat dihidrolisa menjadi dua molekul monosakarida, sedangkan polisakarida (termasuk) oligosakarida akan membentuk lebih dari tiga molekul monosakarida. Selain itu karbohidrat dapat juga diklasifikasikan berdasarkan pada tingkat kecernaan, yaitu karbohidrat yang dapat dicerna, karbohidrat yang dapat dicerna sebagian dan karbohidrat yang tidak dapat dicerna. Gula, kanji, dextrin, dan glikogen adalah karbohidrat yang dapat dicerna, selulosa, serat kasar dan hemisellulosa adalah karbohidrat yang tidak dapat dicerna. Galaktogen, mannosan, inulin dan pentosa adalah termasuk karbohidrat yang dapat dicerna sebagian. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel berikut


Tabel 4. Klasifikasi Karbohidrat (Millamena, 2002)

Kelompok Karbohidrat



contoh






Monosakarida
(satu
unit
Pentosa,
Arabinosa, Ribosa, Xylosa,
glikosa)


Xylulosa,
Hexosa, Glucosa,
Fruktosa



dan Mannosa





Sukrosa, Maltosa, Laktosa

Disakarida (dua unit glikosa)
Raffinosa, Stachyosa, Verbascosa
Oligosakarida
(2-10
unit
Starch/kanji,
dextrin,
glycogen,
glikosa)


cellulosa, hemicellulosa, lignin, chitin,
Polisakarida (Glycan, > 10 unit
pectin, gums and mucilages, alginat,
glikosa)


agar, karageenan








 



Pemanfaatan Karbohidrat Pakan oleh Ikan


Karbohidrat pakan umumnya berbentuk senyawa polisakarida, disakarida dan monosakarida. Karbohidrat tersebut berasal dari tumbuhan (zat tepung, serat, sellulosa dan fruktosa) dan dari hewan (mangsa) berbentuk glikogen. Ikan tidak memiliki kelenjar air liur (Salivary gland) sehingga proses pencernaan karbohidrat pada ikan dimulai dibagian lambung. Pencernaan karbohidrat secara intensif terjadi di segmen usus yaitu dengan adanya enzim amilase pankreatik. Pada segmen usus, amilum (zat tepung) dan glikogen akan dihidrolisis oleh enzim amilase menjadi maltosa dan dekstrin, Kemudian maltosa dan dekstrin ini akan dihidrolisa oleh enzim laktase atau sukrose menghasilkan galaktosa, glukosa dan fruktosa. Pada dinding usus, galaktosa dan fruktosa akan diubah menjadi glukosa. Dalam bentuk glukosa itulah karbohidrat dapat diserap oleh dinding sel (enterosit) lalu masuk ke dalam pembuluh darah.

Ikan tidak memiliki enzim pencerna karbohidrat yang memadai di dalam saluran pencernaannya, sehingga nilai kecernaan karbohidrat pakan umumnya rendah. Aktivitas enzim amilase dalam menghidrolisa pati pada ikan omnivora seperti ikan tilapia dan ikan mas lebih tinggi daripada ikan karnivora seperti ikan rainbow trout dan yellow tail. Nilai kecernaan karbohidrat ini sangat dipengaruhi oleh sumber dan kadar karbohidrat dalam pakan serta jenis dan ukuran ikan. Nilai kecernaan beberapa sumber karbohidrat oleh beberapa ikan budidaya dapat dilihat pada Tabel 5. Karbohidrat yang berstruktur kompleks memiliki nilai kecernaan yang rendah daripada karbohidrat yang berstruktur sederhana. Perbedaan sumber pati juga dapat menyebabkan perbedaan nilai kecernaan karbohidrat dan bergantung juga pada rasio amilosa/amilopektin. Dimana semakin tinggi rasio amilosa/amilopektin maka kecernaan karbohidrat semakin tinggi. Beberapa perlakuan yang biasa dilakukan pada saat membuat pakan ikan adalah dengan melakukan pengukusan pati dimana dengan melakukan pengukusan maka akan dapat meningkatkan nilai kecernaan dari karbohidrat tersebut. Hal ini dikarenakan pengukusan dapat menyebabkan sel-sel pati menjadi lunak dan pecah sehingga lebih mudah dicerna.


Tabel 5. Nilai kecernaan karbohidrat berdasarkan kadar dan sumbernya oleh beberapa ikan budidaya (Wilson, 1994).

Jenis ikan
Sumber
Kadar Karbohidrat
Nilai



pakan (%)
kecernaan (%)
Rainbow
Dekstrin

20
77,2
Trout


60
45,5

Tepung ubi kukus
20
69,2



60
26,1

Tepung dikukus
11,5
90,0



40,2
48,2

Glukosa

20 – 60
99 – 100

Sukrosa

20 – 60
99 – 100

Laktosa

20 – 60
94 – 97





Channel
Tepung
jagung
12,5
72,8
catfish
tidak dikukus
25
60,9



50
55,1

Tepung
jagung
12,5
83,1

dikukus

25
78,3




Carper
Tepung ubi tidak
50
66,5

kukus

?
55,0

Tepung
ubi
?
85,0

dikukus









Karbohidrat berserat dalam wujud bahan kimia sangat sukar dicerna oleh beberapa jenis ikan dan tidak membuat suatu kontribusi yang baik kepada kebutuhan gizi ikan. Tingkatan kebutuhan serat kasar dalam tubuh ikan diperlukan secara khas dan terbatas kurang dari 7%. Ketersediaan berbagai formulasi karbohidrat pada komposisi nilai yang gizi belum jelas, karbohidrat yang dapat dicerna (karbohidrat dengan bobot molekul kecil dan panjang rantai lebih pendek seperti glukosa). Pada ikan mas dan ikan air tawar lainnya dapat memanfaatkan karbohidrat lebih efektif dibandingkan dengan ikan air laut. Ikan air laut lebih efektif menggunkaan glukosa dan dekstrin sebagai sumber zat tepungnya. Udang windu menggunakan zat tepung lebih baik dengan glukosa dan dextrin.

Kebutuhan optimum Karbohidrat Pakan


Pertumbuhan ikan budidaya secara maksimal dapat tercapai jika kondisi lingkungan pemeliharaan dan makanan terjamin secara optimum. Fungsi utama karbohidrat sebagi sumber energi di dalam pakan harus berada dalam kondisi yang seimbang antara ketiga makro nutrien (protein, lemak dan karbohidrat). Pakan yang mengandung karbohidrat terlalu tinggi dapat menyebabkan menurunnya pertumbuhan ikan budidaya. Beberapa penelitian telah menunjukkan pertumbuhan ikan dan tingkat efisiensi pakan yang rendah bila kandungan karbohidrat dalam pakannya tinggi.

Ikan sebagai organisme air kurang mampu memanfaatkan karbohidrat sebagai sumber energi utama dalam pakannya dibandingkan dengan hewan darat dan manusia, namun dari hasil beberapa penelitian hewan air seperti ikan masih sangat membutuhkan karbohidrat dalam komposisi pakannya. Pada ikan rainbow trout yang diberi pakan dengan kandungan protein tinggi, terjadi laju glukoneogenesis yang tinggi, sedangkan yang diberi pakan dengan kandungan protein rendah dan karbohidrat tinggi didapatkan laju glukoneogenesis yang rendah (Cowey et al, 1977). Kebutuhan karbohidrat untuk setiap jenis dan ukuran ikan juga dipengaruhi oleh kandungan lemak dan protein pakan. Pakan yang mengandung karbohidrat dan lemak yang tepat dapat mengurangi penggunaan protein sebagai sumber energi yang dikenal dengan Protein Sparring Effect. Terjadinya Protein Sparring Effect oleh karbohidrat dapat menurunkan biaya produksi pakan dan mengurangi pengeluaran limbah nitrogen ke lingkungan.

Kebutuhan karbohidrat pakan bagi pertumbuhan ikan budidaya bervariasi menurut spesies, sumber karbohidrat dan kondisi lingkungannya (Tabel 6). Pada tabel tersebut jelas terlihat bahwa ikan karnivora umumnya mempunyai kemampuan yang lebih rendah dalam memanfaatkan karbohidrat pakan dibandingkan dengan ikan omnivora atau herbivora. Penyebab rendahnya kemampuan ikan dalam memanfaatkan karbohidrat pakan tersebut antara lain disebabkan oleh nilai kecernaan sumber karbohidrat, aktivitas enzim karboksilase ikan, kemampuan penyerapan glukosa serta kemampuan sel memanfaatkan glukosa dalam darah. Secara umum kandungan karbohidrat pakan yang dapat dimanfaatkan secara optimal oleh ikan karnivora berkisar antara 10 – 20%, ikan omnivora dapat memanfaatkan karbohidrat pakan secara optimal pada tingkat 30 – 40% dalam pakannya.



Tabel 6. Kebutuhan optimum karbohidrat dalam pakan untuk

pertumbuhan beberapa ikan budidaya.
 

Jenis ikan
Karbohid
Sumber
References

pakan (%
karbohidrat





Ekor kuning
10
Dekstrin
Shimeno et al (1996)
Seabream
20
Dekstrin
De  Silva  dan  anderson
merah
10
Dekstrin
(1995)
Rainbow
20
Tepung terigu
De Silva dan anderson (1995)
trout
9
Tepung terigu
Catacuta dan Coloso (1997)
Kakap putih
30
Dekstrin
Shiau dan Lan (1996)
Kerapu
40
Dekstrin
Wilson (1994)
Channel
40
Dekstrin
Wilson(1994),Shimenoetal
catfish


(1996)
Mas


Wilson(1994),Shimeno  et  al
Tilapia


(1996)





Referensi: Produksi Pakan Buatan. Direktorat Pengembangan Sekolah Menengah Kejuruan Kemendikbud. 2013


No comments:

Post a Comment

Kontak

Hei Hubungi Kami di 081386423223 (Asep Ibrohim)

Anda Pengunjung Ke

lokasi kami