pusat benih ikan lele sangkuriang di Tangerang

Thursday, September 13, 2018

Cara Budidaya Artemia salina pakan alami ikan



Budidaya artemia salina di Indonesia sudah dapat dilakukan pada beberapa lokasi diantaranya di daerah Jepara Jawa Tengah. Artemia salina sebagai pakan alami saat ini kebutuhannya masih didatangkan dari luar negeri (import). Artemia salina produksi dalam negeri belum banyak dijual di pasaran. Ada berbagai macam merk Artemia salina yang dijual dan harganya relatif mahal berkisar antara Rp 500.000, sampai Rp 800.000,-perkaleng dengan berat perkaleng berkisar antara 425 gram sampai 450 gram.

Indonesia sebagai negara yang garis pantainya terluas didunia berpotensi untuk mengembangkan budidaya Artemia salina. Kementerian Kelautan dan Perikanan melalui Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Payau Jepara melakukan berbagai macam penelitian terkait dengan prospek usaha budidaya Artemia salina di tambak garam. Kenapa di tambak garam? Kista Artemia salina dapat diproduksi secara massal di tambak bersamaan dengan produksi garam.

Siklus hidup Artemia bisa dimulai dari saat menetasnya kista atau telur. Setelah 15-20 jam pada suhu 25 derajat celcius kista akan menetas menjadi embrio. Dalam waktu beberapa jam embrio ini masih akan tetap menempel pada kulit kista. Pada fase ini embrio akan tetap menyelesaikan perkembanganya kemudian berubah menjadi naupli yang akan bisa berenang bebas. Pada awalnya naupli akan berwarna orange kecoklatan akibat masih mengandung kuning telur. Artemia yang baru menetas tidak akan makan, karena mulut dan anusnya belum terbentuk dengan sempurna. Setelah 12 jam mereka akan ganti kulit dan memasuki tahap larva kedua. Dalam fase ini mereka akan mulai makan, dengan pakan berupa mikro alga, bakteri, dan detritus organik lainya. Naupli akan berganti kulit sebanyak 15 kali sebelum menjadi dewasa dalam kurun waktu 8 hari. Artemia dewasa rata-rata berukuran sekitar 8 cm, meskipun demikian pada kondisi yang tepat mereka dapat mencapai ukuran sampai dengan 20 mm. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 1.




Gambar 1. Siklus perkembangbiakan Artemia salina

Keterangan gambar:

(1) mata

(2) antennula
(3) antena
(4) rahang bawah

Induk Artemia yang telah menjadi dewasa berat biomasnya akan mencapai 500 kali dibandingkan biomasa pada fase nauplius.Dalam tingkat salinitas rendah dan pakan yang optimal, betina Artemia bisa menghasilkan naupli sebanyak 75 ekor perhari. Selama masa hidupnya (sekitar 50 hari) mereka bisa memproduksi naupli rata-rata sebanyak 10-11 kali. Dalam kondisi super ideal, Artemia dewasa bisa hidup selama 3 bulan dan memproduksi naupli atau kista sebanyak 300 ekor(butir) per 4 hari. Untuk lebih jelasnya tentang induk jantan dan induk betina Artemia salina dapat dilihat pada Gambar berikut.


Gambar. Induk jantan (kiri) dan induk betina (kanan) Artemia
salina


Dalam usaha budidaya Artemia salina produk yang dihasilkan adalah kista (kista) yang bisa dijual dan dipasarkan. Berdasarkan siklus hidupnya setelah Artemia salina menjadi dewasa pada kondisi optimal kadar salinitas antara 30-35 ppt akan bereproduksi secara normal dan telur yang dihasilkan akan menetas menjadi nauplius. Pada kondisi lingkungan budidaya yang mempunyai salinitas yang tinggi maka anak yang dihasilkan tersebut akan mengalami fase dorman menjadi kista. Oleh karena itu dalam usaha budidaya Artemia salina kondisi lingkungan dibuat ekstrem dimana kista akan terbentuk jika salinitas perairan mencapai 120-140 ppt. Kista akan terbentuk apabila lingkungannya berubah menjadi sangat salin dan bahan pakan sangat kurang dengan fluktuasi oksigen sangat tinggi antara siang dan malam.

Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Payau Jepara (2003) sudah dapat memproduksi Artemia salina secara massal pada tambak bersamaan dengan produksi garam. Dalam satu musim kering diproduksi sedikitnya 6 bulan dan menghasilkan kista basah sebanyak 40 kg dari luas tambak 1.500 m2 dan garam 56 ton. Budidaya artemia dapat dilakukan dengan beberapa kegiatan yaitu mulai dari persiapan tambak, persiapan alat dan bahan penetasan kista Artemia salina, penebaran benih, penumbuhan makanan alami, pemeliharaan, pemanenan dan prosesing.

Persiapan tambak



Tambak yang dapat digunakan untuk membudidayakan Artemia adalah tambak yang garam yang tidak bocor dan ketersediaan air selalu ada sepanjang musim. Tambak yang dapat dipergunakan harus mampu menyimpan air dengan ke dalaman tambak adalah 70 cm. Sebelum digunakan tambak garam ini dilakukan persiapan tambak yaitu :

a. Penjemuran/pengeringan dasar tambak dan pemadatan dasar tambak

b. Pengapuran tambak dengan dosis 300-500 kg/ha

c. Pemupukan organik 500 kg/ha

d. Pemupukan TSP/urea 200 kg (1:3)

e. Pengisian air tambak dengan salinitas 80 ppt sedalam 70 cm

f. Pemberantasan hama dengan memberikan saponin 10-20 ppm


Petakan tambak untuk budidaya Artemia umumnya terdiri atas 4 fungsi, yaitu petakan reservoir, evaporasi, distribusi dan petakan budidaya. Selain itu ada pula petak kultur plankton sebagai pelengkap. Petakan reservoir ada dua, petakan reservoir 1 sedalam 60 – 100 cm untuk menampung air laut dengan salinitas 30 – 35 permil, sedangkan petakan reservoir 2 sebagai penampung air bersalinitas tinggi (80 – 120 permil) dari petak evaporasi untuk kemudian dialirkan ke dalam petakan distribusi. Petakan evaporasi dibuat dangkal (ke dalaman 5 – 7 cm) dengan dasar petakan rata, padat dan miring kesalah satu sisi. Hal ini untuk mempermudah proses evaporasi dan mempercepat aliran air. Dalam petakan ini diharapkan salinitas meningkat sampai dengan 120 permil atau lebih. Petakan distribusi berupa kanal keliling, berfungsi untuk memasok air bersalinitas tinggi (>120 permil) ke dalam petakan budidaya. Petakan distribusi dibuat dangkal ( ±5 cm ) untuk memungkinkan salinitas air semakin tinggi. Petakan budidaya merupakan petakan-petakan seluas masing-masing 1.000–1.500m2, dengan ke dalaman sekitar 60 cm, dan dilengkapi dengan caren keliling sebagai tempat berlindung Artemia dalam keadaan ektrim. Pada petakan budidaya inilah kegiatan produksi kista Artemia dilakukan dengan memanfaatkan sifat reproduksi ovivar. ( Ditjen Perikanan, 2003 )Setelah tambak dipersiapkan langkah selanjutnya adalah melakukan penebaran benih yaitu nauplii Artemia sebanyak 200 ekor perliter pada stadia instar I yaitu Artemia yang baru menetas. Penebaran ini harus dilakukan pada saat suhu rendah. Sebelum melakukan penebaran benih atau kista Artemia sebaiknya anda membaca terlebih dahulu materi tentang bagaimana menetaskan kista Artemia dimulai dari mempersiapkan alat, wadah dan media untuk menetaskan kista artemia sampai proses pemanenan nauplius Artemia tersebut.

Peralatan dan media menetaskan kista Artemia salina

Peralatan dan wadah yang dapat digunakan dalam mengkultur pakan alami Artemia ada beberapa macam. Jenis-jenis wadah yang dapat digunakan antara lain adalah kantong plastik berbentuk kerucut, botol aqua , ember plastik dan bentuk wadah lainnya yang didesain berbentuk kerucut pada bagian bawahnya agar memudahkan pada waktu panen. Sedangkan peralatan yang dibutuhkan untuk melakukan budidaya Artemia antara lain adalah aerator/blower, selang aerasi, batu aerasi, selang air, timbangan, saringan halus/seser, ember,gayung, gelas ukur kaca, dan refraktometer.



Peralatan yang digunakan untuk budidaya pakan alami Artemiamempunyai fungsi yang berbeda-beda, misalnya aerator digunakan untuk mensuplai oksigen pada saat membudidayakan pakan alami skala kecil dan menengah, tetapi apabila sudah dilakukan budidaya secara massal/skala besar maka peralatan yang digunakan untuk mensuplai oksigen ke dalam wadah budidaya menggunakan blower. Peralatan selang aerasi berfungsi untuk menyalurkan oksigen dari tabung oksigen ke dalam wadah budidaya, sedangkan batu aerasi digunakan untuk menyebarkan oksigen yang terdapat dalam selang aerasi keseluruh permukaan air yang terdapat didalam wadah budidaya.

Selang air digunakan untuk memasukkan air bersih dari tempat penampungan air ke dalam wadah budidaya. Peralatan ini digunakan juga untuk mengeluarkan kotoran dan air pada saat dilakukan pemeliharaan. Dengan menggunakan selang air akan memudahkan dalam melakukan penyiapan wadah sebelum digunakan untuk budidaya. Peralatan lainnya yang diperlukan dalam membudidayakan Artemia adalah timbangan, timbangan yang digunakan boleh berbagai macam bentuk dan skala digitalnya, karena fungsi utama alat ini untuk menimbang bahan yang akan digunakan dalam membudidayakan Artemia. Bahan yang telah ditimbang tersebut selanjutnya bisa diletakkan didalam wadah plastik atau kantong plastik dan diikat dengan menggunakan karet plastik. Bahan yang telah terbungkus dengan kantong plastik tersebut selanjutnya dimasukkan ke dalam media budidaya Artemia.

Artemia yang dipelihara didalam wadah pemeliharaan akan tumbuh dan berkembang oleh karena itu harus dipantau kepadatan populasi Artemia didalam wadah. Alat yang digunakan adalah gelas ukur kaca yang berfungsi untuk melihat kepadatan populasi Artemia yang dibudidayakan didalam wadah pemeliharaan. Selain itu diperlukan juga seser atau saringan halus pada saat akan melakukan pemanenan Artemia. Artemia yang telah dipanen tersebut dimasukkan ke dalam ember plastik untuk memudahkan dalam pengangkutan dan digunakan juga gayung plastik untuk mengambil media air budidaya Artemia yang telah diukur kepadatannya.

Setelah berbagai macam peralatan dan wadah yang digunakan dalam membudidayakan pakan alami Artemia diidentifikasi dan dijelaskan fungsi dan cara kerjanya , langkah selanjutnya adalah melakukan persiapan terhadap wadah tersebut. Langkah pertama adalah peralatan dan wadah yang akan digunakan ditentukan sesuai dengan skala produksi dan kebutuhan. Peralatan dan wadah disiapkan untuk digunakan dalam budidaya Artemia. Wadah yang akan digunakan dibersihkan dengan menggunakan sikat dan diberikan desinfektan untuk menghindari terjadinya kontaminasi dengan mikroorganisme yang lain. Wadah yang telah dibersihkan selanjutnya dapat diari dengan air bersih.

Wadah budidaya yang telah diairi dapat digunakan untuk memelihara Artemia. Air yang dimasukkan ke dalam wadah budidaya harus bebas dari kontaminan seperti pestisida, deterjen dan Chlor. Air yang digunakan sebaiknya diberi oksigen dengan menggunakan aerator dan batu aerasi yang disambungkan dengan selang aerasi. Aerasi ini dapat digunakan pula untuk menetralkan Chlor atau menghilangkan Carbondioksida didalam air.

Setelah wadah siap digunakan, maka langkah selanjutnya adalah menyiapkan media. Media seperti apakah yang dapat digunakan untuk tumbuh dan berkembang pakan alami Artemia. Artemia merupakan hewan air yang hidup diperairan laut yang memiliki salinitas berkisar antara 42 – 316 permil. Organisme ini banyak terdapat didaerah Australia, Asia, Afrika, Eropa, Amerika Utara, Amerika Tengah dan Amerika Selatan dimana pada daerah tersebut memiliki salinitas yang cukup pekat. Berdasarkan habitat alaminya pakan alami Artemia ini dapat hidup pada perairan yang mengandung salinitas cukup tinggi, walaupun tidak menutup kemungkinan untuk hidup diperairan yang bersalinitas rendah karena Artemia memiliki adaptasi yang cukup luas terhadap salinitas.

Bagaimanakah mempersiapkan media yang akan dipergunakan untuk menetaskan kistaArtemia? KistaArtemia dapat ditetaskan pada media yang mempunyai salinitas 5 permil sampai dengan 35 permil, walaupun pada habitat aslinya dapat hidup pada salinitas yang sangat tinggi. Media penetasan tersebut dapat dipergunakan air laut biasa atau membuat air laut tiruan . Air laut tiruan ini dapat dibuat dengan menggunakan air tawar ditambahkan unsur-unsur mineral yang sangat dibutuhkan untuk media penetasan. Apabila garam-garam mineral ini sulit untuk diperoleh dapat digunakan air tawar biasa ditambahkan dengan garam dapur dan diukur salinitas media tersebut dengan menggunakan refraktometer. Dosis garam dapur yang digunakan untuk membuat air laut dengan salinitas 35 permil adalah berkisar 30 gram – 35 gram per liter air. Untuk membuat air laut tiruan dengan garam mineralnya dapat dilihat pada Tabel 8 dan 9.

Tabel 8. Komposisi bahan kimia untuk membuat air laut kadar garam 5 permill
 

N0.
Jenis bahan
Jumlah



1.
Garam dapur (NaCl)
50 gram
2.
Magnesium Sulfat (MgSO4)
13 gram
3.
Magnesium Chlorida (MgCl2)
10 gram
4.
Kalsium Chlorida (CaCl2)
3 gram
5.
Kalium Chlorida (KCl)
2 gram
6.
Natrium Hidrokarbonat (NaHCO3)
20 gram
7.
Air tawar
10 liter






Tabel 9. Komposisi bahan kimia untuk membuat air laut kadar garam 30 permill

N0.
Jenis bahan
Jumlah
1.
Garam dapur (NaCl)
280 gram
2.
Magnesium Sulfat (MgSO4)
70 gram
3.
Kalium Iodida (KI)
0,05 gram
4.
Kalsium Chlorida (CaCl2)
15 gram
5.
Kalium Chlorida (KCl)
7 gram
6.
Natrium Bromida (NaBr)
1 gram
7.
Kalium Bifosfat (KH2PO4)
0,5 gram
8.
Air tawar
10 liter

Proses penetasan kista Artemia salina

Padat penebaran bibit pakan alami sangat bergantung pada volume produksi yang dilakukan dalam membudidayakan pakan alami tersebut. Padat penebaran bibit pakan alami Artemia biasanya digunakan dalam menetaskan kistaArtemia disesuaikan dengan kebutuhan. CystArtemia atau kistaArtemia adalah telur yang telah berkembang lebih lanjut menjadi embrio dan kemudian diselubungi oleh cangkang yang tebal dan kuat. Cangkang ini berguna untuk melindungi embrio terhadap pengaruh kekeringan, benturan keras, sinar ultra violet dan mempermudah pengapungan. Jadi kista artemia itu yang akan ditetaskan adalah hasil dari perkawinan Artemia dewasa jantan dan betina yang pada kondisi lingkungan buruk akan membentuk fase istirahat atau dorman. Dan biasanya disebut telur kering (diapauze).

Berapakah kebutuhan kistaArtemia yang harus ditetaskan untuk memenuhi kebutuhan produksi? Untuk menjawab hal tersebut ada beberapa hal yang harus dipahami antara lain adalah padat penebaran cyst atau kistaArtemia didalam media penetasan dan disesuaikan dengan volume media penetasan. Berdasarkan pengalaman beberapa akuakulturis dalam menetaskan kistaArtemia, padat penebaran yang digunakan adalah 2 – 5 gram/liter. Semakin besar wadah yang digunakan maka jumlah kista yang akan ditebarkan akan semakin banyak. Oleh karena itu harus dipilih wadah yang tepat untuk menetaskan kista Artemia tersebut.

Setelah ditentukan padat penebaran yang akan dilakukan dalam penetasan kistaArtemia, langkah selanjutnya jika media penetasan sudah dipersiapkan dan volumenya sudah dihitung adalah melakukan penebaran kistaArtemiake dalam media penetasan. Cara yang dilakukan untuk melakukan penebaran kistaArtemia adalah :

1. Tentukan volume media penetasan.

2. Hitung jumlah kista yang akan ditebar sesuai dengan volume media penetasan sesuai dengan dosis yang telah ditetapkan.

3. Ambil kista artemia dan timbanglah sesuai kebutuhan ,

4. Masukkan kistake dalam wadah yang berisi media penetasan sesuai dengan salinitas yang telah ditetapkan dengan cara menuangkan secara perlahan kistake dalam media, pada saat kista ditebar sebaiknya selang aerasi dihentikan terlebih dahulu agar kista tersebut berada didalam media penetasan.

Dalam menetaskan kistaArtemia ada dua metoda yang dapat dilakukan yaitu metoda Dekapsulasi dan metoda tanpa Dekapsulasi. Metoda penetasan dengan dekapsulasi adalah suatu cara penetasan kista Artemia dengan melakukan proses penghilangan lapisan luar kista dengan menggunakan larutan Hipokhlorit tanpa mempengaruhi kelangsungan hidup embrio. Sedangkan metoda penetasan tanpa dekapsulasi adalah suatu cara penetasan artemia tanpa melakukan proses penghilangan lapisan luar kista tetapi secara langsung ditetaskan dalam wadah penetasan.

Prosedur yang harus dilakukan dalam menetaskan kista artemia dengan metode Dekapsulasi adalah :

1. Ambil kista Artemia sejumlah yang telah ditentukan dan harus diketahui bobotnya, kemudian kista tersebut dimasukkan ke dalam wadah yang berbentuk kerucut dan dilakukan hidrasi selama 1 – 2 jam dengan menggunakan air tawar atau air laut dengan salinitas maksimum 35 permil serta diberi aerasi dari dasar wadah .

2. Dilakukan penghentian aerasi sebelum kista tersebut disaring dengan menggunakan saringan kasa yang berdiameter 120 mikron meter , kemudian kista tersebut dicuci dengan air bersih.
3. Larutan Hipoklorit yaitu larutan yang mengandung HClO disiapkan yang akan digunakan untuk melakukan proses penghilangan lapisan luar kista. Larutan Hipoklorit yang digunakan dapat diperoleh dari dua macam senyawa yang banyak dijual dipasaran yaitu Natrium hipoklorit (Na O Cl) dengan dosis 10 cc Na O Cl untuk satu gram kista dan Kalsium hipoklorit (Ca (OCl)2 dengan dosis 0,67 gram untuk satu gram kista. Dari kedua senyawa larutan Hipoklorit ini Kalsium Hipoklorit lebih mudah didapat dan harganya relatif lebih murah daripada Natrium Hipoklorit. Dalam dunia perdagangan dan bahasa sehari-hari Kalsium Hipoklorit dikenal sebagai kaporit (berupa bubuk), sedangkan Natrium Hipoklorit dijual berupa cairan dan dikenal sebagai Klorin.

4. Kista yang telah disaring dengan saringan kasa dimasukkan ke dalam media larutan Hipoklorit dan diaduk secara manual serta diaerasi secara kuat-kuat , suhu dipertahankan dibawah 40 oC.

5. Proses penghilangan lapisan luar kista dilakukan selama 5 – 15 menit yang ditandai dengan terjadinya perubahan warna kista dari coklat gelap menjadi abu-abu kemudian orange.

6. Kista disaring dengan menggunakan saringan 120 mikron meter dan dilakukan pencucian kista dengan menggunakan air laut secara berulang-ulang sampai bau Klorin itu hilang.
7. Kista artemia tersebut dicelupkan ke dalam larutan HCl 0,1 N sebanyak dua kali dan dicuci dengan air bersih dan siap untuk ditetaskan dengan menggunakan larutan penetasan
8. Proses penetasan yang dilakukan sama dengan proses penetasan tanpa dekapsulasi.

Prosedur yang dilakukan dalam menetaskan kista artemia dengan metoda tanpa dekapsulasi adalah :

1. Kista yang akan ditetaskan ditimbang sesuai dengan dosis yang digunakan misalnya 5 gram kista per liter air media penetasan.

2. Wadah dan media penetasan disiapkan sesuai persyaratan teknis

3. KistaArtemia dimasukkan ke dalam media penetasan yang diberi aerasi dengan kecepatan 10 – 20 liter udara/menit, suhu dipertahankan 25 – 30 oC dan pH sekitar 8 – 9.

4. Media penetasan diberi sinar yang berasal dari lampu TL dengan intensitas cahaya minimal 1.000 lux . Intensitas cahaya tersebut dapat diperoleh dari lampu TL /neon 60 watt sebanyak dua buah dengan jarak penyinaran dari lampu kewadah penetasan adalah 20 cm.

5. Penetasan kistaArtemia akan berlangsung selama 24 – 48 jam kemudian.

Pemilihan metoda penetasan kistaArtemia sangat bergantung kepada jenis Artemia yang digunakan dan spesifikasi dari jenis artemia tersebut. Artemia yang ditetaskan dari hasil dekapsulasi dapat langsung diberikan pada benih ikan atau ditetaskan terlebih dahulu baru diberikan kepada benih ikan.

Pemanenan nauplius Artemia salina


Pakan alami Artemia yang telah ditetaskankan di media penetasan bertujuan untuk diberikan kepada larva/benih yang dipelihara atau untuk dilakukan pemeliharaan di tambak. Kebutuhan larva/benih ikan akan pakan alami Artemia selama pemeliharaan adalah setiap hari. Oleh karena itu waktu pemanenan pakan alami itu sangat bergantung kepada kebutuhan larva/benih akan pakan alami Artemiaatau kebutuhan target produksi budidaya artemia di tambak. Pemanenan pakan alami nauplius Artemia ini dapat dilakukan setiap hari atau seminggu sekali atau dua minggu sekali. Hal tersebut bergantung kepada kebutuhan suatu usaha terhadap ketersediaan pakan alami Artemia.

Pemanenan pakan alami Artemia yang dilakukan setiap hari biasanya jumlah yang dipanen adalah kurang dari 20% . Pemanenan Artemia dapat juga dilakukan seminggu sekali atau dua minggu sekali sangat bergantung kepada ukuran Artemia yang akan diberikan kepada larva/benih ikan. KistaArtemia yang baru menetas mempunyai ukuran antara 200 – 350 mikrometer (0,2 – 0,35 mm) dan disebut nauplius. Duapuluh empat jam setelah menetas nauplius Artemia ini akan mulai tumbuh organ pencernaannya, oleh karena itu pada masa tersebut artemia sudah mulai makan dengan adanya makanan didalam media penetasan artemia akan tumbuh dan berkembang. Artemia menjadi dewasa pada umur empatbelas hari dan akan beranak setiap empat sampai lima hari sekali. Jadi waktu panen Artemia sangat ditentukan oleh ukuran besar mulut larva yang akan mengkonsumsinya dengan ukuran artemia yang akan ditetaskan. Jika didalam media penetasan tidak terdapat sumber makanan bagi Artemia maka Artemia tidak akan tumbuh dan berkembang melainkan akan mati secara perlahan-lahan karena kekurangan energi. Pada beberapa usaha pembenihan biasanya hanya dilakukan penetasan kistaArtemia tanpa melakukan pemeliharaan terhadap kista yang telah ditetaskan.

Setelah kista artemia menetas 24 – 48 jam setelah ditetaskan maka akan dilakukan pemanenan kista artemia dengan cara sebagai berikut :

1. Lepaskan aerasi yang ada didalam wadah penetasan.

2. Lakukan penutupan wadah penetasan pada bagian atas dengan menggunakan plastik hitam agar Artemia yang menetas akan berkumpul pada bagian bawah wadah penetasan. Artemia mempunyai sifat fototaksis positif yang akan bergerak menuju sumber cahaya.

3. Diamkan beberapa lama (kurang lebih 15 – 30 menit) sampai seluruh kista yang telah menetas berkumpul didasar wadah.

4. Lakukan penyedotan dengan selang untuk mengambil Artemia yang telah menetas dan ditampung dengan kain saringan yang diletakkan didalam wadah penampungan.
5. Bersihkan Artemia yang telah dipanen dengan menggunakan air tawar yang bersih dan siap untuk diberikan kepada larva/benih ikan konsumsi/ikan hias.

Untuk menghitung kepadatan Artemia pada saat akan dilakukan pemanenan, dapat dilakukan tanpa menggunakan alat pembesar atau mikroskop. Artemia diambil dari dalam wadah, yang telah diaerasi agak besar sehingga Artemia merata berada di seluruh kolom air, dengan memakai gelas piala volume 100 ml. Artemia dan air di dalam gelas piala selanjutnya dituangkan secara perlahan-lahan sambil dihitung jumlah Artemia yang keluar bersama air.

Apabila jumlah Artemia yang ada sangat banyak, maka dari gelas piala 100 ml dapat diencerkan, caranya adalah dengan menuangkan ke dalam gelas piala 1000 ml dan ditambah air hingga volumenya 1000 ml.Dari gelas 1000 ml, lalu diambil sebanyak 100 ml. Artemia yang ada dihitung seperti cara diatas, lalu kepadatan di dalam wadah budidaya dapat diketahui dengan cara mengalikan 10 kali jumlah didalam gelas 100 ml. Sebagai contoh, apabila di dalam gelas piala 100 ml terdapat 200 ekor Artemia, maka kepadatan Artemia diwadah budidaya adalah 10 X 200 ekor = 2000 individu per 100ml.

Artemia yang sudah dipanen tersebut dapat tidak secara langsung diberikan pada larva dan benih ikan hias yang dibudidayakan tetapi dilakukan penyimpanan. Cara penyimpanan Artemia yang dipanen berlebih dapat dilakukan pengolahan Artemia segar menjadi beku . Proses tersebut dilakukan dengan menyaring Artemia dengan air dan Artemianya saja yang dimasukkan dalam wadah plastik dan disimpan didalam lemari pembeku (Freezer).

Mutu dari kista Artemia salina yang dijual dipasaran sangat ditentukan dari derajat penetasan kista artemia tersebut. Oleh karena itu untuk mengetahui apakah kista tersebut cukup baik untuk dijadikan benih pada saat budidaya artemia salina di tambak garam maka harus dihitung terlebih dahulu derajat penetasan kista tersebut. Rumus yang dipergunakan untuk menghitung derajat penetasan kista artemia yang sudah ditetaskan adalah sebagai berikut:

N

Persentase penetasan(Hatching Persentase) = ------ X 100% C



Dimana :

N :

C :

jumlah nauplius yang menetas

jumlah kista yang ditebar




Jumlah kista yang ditebarkan dapat dihitung dari padat penebaran kista yang ditetaskan dikali dengan jumlah kista artemia pergram. Jumlah kista artemia per gram berdasarkan hasil perhitungan berkisar antara 260.000 – 300.000 butir kista pergram. Sedangkan jumlah nauplius yang menetas dapat dihitung seperti pernyataan di alinea sebelumnya.

Penebaran Benih

Benih yang akan ditebarkan pada tambak budidaya Artemia salina adalah nauplii Artemia yang berasal dari kista yang telah diteteskan dengan cara dekapsulasi. Untuk penebaran sebaiknya digunakan nauplii instar I, karena instar yang lebih tinggi lebih peka terhadap perubahan salinitas. Penebaran kista sebaiknya dilakukan pada sore hari dengan kepadatan 200 nauplii/liter dilakukan sore hari dengan kepadatan 200 nauplii/liter. ( Dirjen Perikanan Budidaya, 2003 )

Berdasarkan hasil pengamatan di Jepara benih yang terbaik adalah nauplii yang baru menetas pada stadium satu. Nauplius yang ditebar di tambak garam tersebut akan mengalami pertumbuhan dan terjadi perkembangbiakan. Oleh karena itu, selama dalam pemeliharaan harus dilakukan pemantauan perkembangbiakan artemia di tambak garam.

Pemeliharaan Artemia salina

Artemia yang dipelihara didalam tambak garam untuk tumbuh dan berkembangbiak harus terdapat makanan yang dapat dikonsumsi oleh artemia tersebut. Oleh karena itu harus dilakukan penumbuhan makanan alami untuk artemia tersebut dengan cara melakukan pemupukan secara kontinu dengan menggunakan pupuk organik atau anorganik sebanyak 10% dari dosis awal pemupukan dan dilakukan inokulasi pakan alami. Makanan Artemia diperairan alami adalah material partikel detritus organik dan organisme hidup seperti algae mikroskopik dan bakteri.

Selama pemeliharaan nauplii ditambak garam harus dilakukan penumbuhan pakan alami dan juga dapat diberikan pakan tambahan berupa dedak yang diperkaya dengan vitamin dan mineral atau bungkil kelapa, silase ikan maupun tepung terigu. Selain itu pada tambak pemeliharaan Artemiajuga dapat diberikan pakan tambahan berupa bungkil kelapa yang sebelumnya (2 jam) direndam baru diberikan dengan cara menebarkannya secara merata pada tambak budidaya.Pemberian bungkil kelapa di Jepara menggunakan dosis 10 g/m3 air. Pemberian pakan dilakukan sebanyak dua kali dalam sehari, disebar secara merata ke seluruh permukaan air. Kepadatan pakan alami di tambak pemeliharaan harus dipantau dengan cara melakukan pemeriksaan kecerahan di tambak (sebaiknya transparansi adalah 25 cm) dan dilakukan pemupukan secara reguler.

Budidaya Artemia dapat dilakukan pada lokasi yang memiliki salinitas cukup tinggi yaitu lebih dari 50 promill, menurut hasil penelitian salinitas ditambak budidaya artemia pada saat penebaran nauplii artemia adalah 70 ppt dan untuk menghasilkan kista dengan hasil yang optimum dibutuhkan salinitas antara 120 – 140 ppt sedangkan peningkatan salinitas hingga 150 ppt akan menghasilkan produktivitas telur menjadi menurun. Oleh karena itu,pada tambak budidaya artemia setelah dilakukan penebaran nauplii Artemia salinitas tambak secara bertahap terus ditingkatkan dari 70 ppt menjadi 80 ppt terus secara bertahap dinaikkan sampai menjadi 120 – 140 ppt.

Pada umur 16 hari setelah pemeliharaan umumnya induk betina Artemia sudah terdapat telur. Karena Artemia yang dipelihara didalam tambak garam akan menjadi dewasa setelah berumur dua minggu. Induk Artemia yang telah dewasa akan mengalami proses reproduksi secara seksual atau biseksual. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar berikut.



 

Gambar. Induk Betina Artemia salina


Setelah 20 hari pemeliharaan pada permukaan air tambak sudah mulai terlihat kista. Produksi kista pada umumnya terus meningkat dan terjadi penurunan sesaat dan terus meningkat lagi. Berdasarkan pengamatan siklus hidup dan perkembangbiakan Artemia diketahui bahwa umur hidup Artemia adalah 50 hari, jika sudah mencapai umur tersebut maka Artemia akan mati. Hal ini jelas terlihat pada permukaan air tambak setelah dua bulan pemeliharaan akan terlihat induk artemia yang mengapung/mengambang dan bisa diambil untuk diberikan pada ikan. Biomassa Artemia dapat langsung diberikan kepada udang yang disesuaikan dengan ukurannya atau disimpan dalam bentuk segar (dalam freezer) maupun dikeringkan untuk dibuat tepung Artemia.

Agar proses budidaya Artemia salina berkesinambungan harus dilakukan peremajaan biomassa setelah dua bulan pemeliharaan dengan cara menurunkan kadar garam hingga 80 ppt sehingga tidak akan terbentuk kista namun akan berkembangbiak menjadi nauplii.

Pemanenan Kista Artemia salina


Pemanenan kista diharapkan mulai berlangsung pada akhir minggu ketiga setelah penebaran. Kista yang telah dilepaskan dan mengumpul di tepi petakan, dipanen dengan menggunakan seser dari bahan nilon berukuran mata 150 mikron meter. Pemanenan dapat dilakukan setiap hari dan waktu yang terbaik untuk melakukan pemanenan kista adalah pada pagi dan sore hari. Biasanya kista akan mengambang pada permukaan air pada bagian sudut tambak sehingga sangat memudahkan untuk melakukan pemanenan. Kista yang mengambang disudut petakan tambak tersebut dilakukan pemanenan dengan cara menggunakan gayung atau serok halus. Pada umumnya kista yang dipanen tersebut bercampur dengan kotoran atau binatang kecil. Oleh karena itu dilakukan upaya untuk menghilangkan kista dari kotoran. Cara yang dilakukan untuk memisahkan kista dari kotoran (debris) adalah dengan cara merendam kista dalam wadah botol terbalik, dan kemudian dilakukan siphon (penyedotan). Selanjutnya kista disimpan dalam Brine water (direndam dalam air bersalinitas tinggi yaitu lebih dari 200 ppt). Penyimpanan tersebut dilakukan penggantian air setiap 7 hari (DirjenPerikanan,2003).

Prosesing Kista/Penanganan Pasca Panen

Penanganan pasca panen terdiri atas pencucian, penyimpanan, pengepakan dan pengangkutan. Untuk pencucian dan pembersihan dari kotoran, kista Artemia dilewatkan tiga seri saringan bermata 700; 350 dan 100 mikron meter. Saringan 700 mikron meter ditujukan untuk memisahkan kotoran berukuran besar, sedangkan saringan 350 mikron meter untuk kotoran yang lebih kecil. Pencucian tersebut dapat dilakukan di lapangan sehingga kotoran yang berukuran lebih dari 350 mikron meter dan kurang dari 100 mikron meter dapat terbuang.

Pencucian kemudian dilanjutkan dengan merendam kista Artemia dalam larutan garam jenuh untuk membersihkan dari kotoran yang masih tinggal. Kotoran yang tertinggal (biasanya lumpur) akan tenggelam, sementara kista Artemia mengapung dalam larutan larutan garam, sehinggga mudah memisahkannya. Kista Artemia kemudian disimpan dengan cara merendamnya dalam larutan garam jenuh yang bersih (salinitas 150 permil). dan disimpan dalam wadah tertutup. Pada tahap ini, kista artemia akan terdehidrasi, yaitu mengganti sisa air dengan air garam.

Setelah 24 jam, air garam diganti dan kista dapat disimpan selama sebulan. Disarankan, air garam diganti setelah dua minggu, dan kista diaduk beberapa kali selama penyimpanan. Untuk tujuan yang tidak terlalu jauh , Artemia dapat didistribusikan secara basah dalam larutan garam jenuh seperti ini. Pengepakan dapat dilakukan secara sederhana menggunakan kantong plastik kapasitas 1 kg. Setelah kista dimasukkan ke dalam kantong, udara dalam kantong dikeluarkan dengan cara meremasnya keluar, kemudian kantong diikat erat dengan karet. Kantong plastik dirangkap dengan cara yang sama. ( Dirjen Perikanan, 2003 ).

Pengolahan kista Artemia salina yang telah dipanen biasanya dilakukan dengan cara kista yang telah di simpan di air garam tersebut selanjutnya di cuci dengan air tawar sampai garamnya lepas kemudian ditiriskan. Kista yang telah ditiriskan tersebut selanjutnya dilakukan pengeringan dengan menggunakan alat penering dengan suhu kurang dari 37,2 derajat celcius. Kista yang sudah kering selanjutnya bisa dikemas dalam wadah kalengdengan kista hampa menggunakan vaccum sealer atau dengan mempergunakangas Nitrogen yang selanjutnya di sealer.

Artemia yang dijual dipasaran merupakan hasil budidaya atau eksploitasi dari alam yang dikemas dalam kemasan kaleng dengan berat rata-rata 450 gram. Telur Artemia yang berasal dari laut atau tambak ini dipanen dengan menggunakan seser, kemudian dibersihkan dari kotoran-kotoran yang melekat. Kista yang berisi embrio akan mengapung dipermukaan air. Kemudian kista tersebut dikeringkan dibawah sinar matahari atau dengan alat pengering/oven dengan suhu sebaiknya tidak lebih dari 40oC . pengeringan didalam alat pengering ini dilakukan selama tiga jam sampai kadar air dari kista tersebut kurang dari 10% agar tahan lama dalam penyimpanan. Lama penyimpanan kista artemia jika dilakukan pengemasan dengan kaleng tanpa udara atau kantong plastik berisi gas Nitrogen adalah lima tahun.


Referensi: Buku Ajar Produksi Pakan Alami. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Kemendikbud. 2013

No comments:

Post a Comment

Kontak

Hei Hubungi Kami di 081386423223 (Asep Ibrohim)

Anda Pengunjung Ke

lokasi kami