pusat benih ikan lele sangkuriang di Tangerang

Wednesday, August 22, 2018

Cara Budidaya Benthos



Benthos adalah organisme yang hidup di dasar perairan. Saat ini ada banyak berbagai macam organisme yang termasuk ke dalam kelompok benthos, tetapi sampai saat ini yang banyak dipergunakan untuk pakan ikan konsumsi dan ikan hias hanya dua macam yaitu cacing rambut (Tubifex sp) dan cacing darah (Chironomus sp). Tubifex sp sudah dapat dibudidayakan secara massal.Cacing rambut sangat banyak diberikan untuk ikan hias dan ikan konsumsi karena mengandung nutrisi yang cukup tinggi untuk pertumbuhan dan perkembangan ikan yang dibudidayakan.

Dalam membudidayakan cacing rambut prosedur yang dilakukan hampir sama dalam membudidayakan pakan alami sebelumnya. Kegiatan budidaya cacing rambut ini dimulai dari persiapan peralatan dan wadah, penyiapan media kultur, penanaman bibit, pemberian pupuk susulan, pemantauan pertumbuhan dan pemanenan cacing rambut. Oleh karena itu semua kegiatan tersebut akan diuraikan didalam artikel ini.

Peralatan dan wadah yang dapat digunakan dalam mengkultur pakan alami Tubifex ada beberapa macam. Jenis-jenis wadah yang dapat digunakan antara lain adalah bak plastik, bak semen, tanki plastik, bak beton, bak fiber ,kolam tanah dan saluran air. Sedangkan peralatan yang dibutuhkan untuk melakukan budidaya Tubifex antara lain adalah selang air, timbangan, saringan halus/seser, ember, gayung.

Pemilihan wadah yang akan digunakan dalam membudidayakan Tubifex sangat bergantung kepada tujuannya. Wadah yang terbuat dari bak semen, bak beton, bak fiber dan tanki plastik biasanya digunakan untuk membudidayakan Tubifex secara selektif yaitu membudidayakan pakan alami ditempat terpisah dari ikan yang akan mengkonsumsi pakan alami.

Pada budidaya tubifex fungsi aerator dapat digantikan dengan mengalirkan air secara kontinue ke dalam wadah pemeliharaan. Debit air yang masuk ke dalam wadah pemeliharaan adalah 900 ml/menit. Selang air digunakan untuk memasukkan air bersih dari tempat penampungan air ke dalam wadah budidaya. Peralatan ini digunakan juga untuk mengeluarkan kotoran dan air pada saat dilakukan pemeliharaan. Dengan menggunakan selang air akan memudahkan dalam melakukan penyiapan wadah sebelum digunakan untuk budidaya.

Peralatan lain yang dibutuhkan dalam membudidayakan Tubifex adalah timbangan, saringan halus atau seser, ember dan gayung. Timbangan sangat dibutuhkan untuk menimbang jumlah pupuk yang dipergunakan dan jumlah bibit yang akan di tebar. Seser dipergunakan untuk membantu dalam proses pencucian bibit Tubifex dari lumpur yang melekat dan memudahkan dalam melakukan pemanenan. Ember dan gayung sebagai peralatan sederhana yang dibutuhkan dalam menyiapkan wadah dan media budidaya Tubifex.

Setelah berbagai macam peralatan dan wadah yang digunakan dalam membudidayakan pakan alami Tubifex diidentifikasi dan dijelaskan fungsi dan cara kerjanya, langkah selanjutnya adalah melakukan persiapan terhadap wadah tersebut.

Wadah budidaya yang telah diairi dapat digunakan untuk memelihara Tubifex. Air yang dimasukkan ke dalam wadah budidaya harus bebas dari kontaminan seperti pestisida, deterjen dan Chlor. Ke dalaman media didalam wadah budidaya yang optimum adalah 10 cm dan maksimum adalah 20 cm. Ke dalaman media dalam wadah budidaya berdasarkan habitat asli di alamnya, Tubifex hidup pada daerah yang mengandung lumpur dengan distribusi pada daerah permukaan substrat pada ke dalaman tertentu. Berdasarkan hasil peneletian Tubifex yang berukuran juwana dengan berat kurang dari 0,1 mg umumnya terdapat pada ke dalaman 0 – 2 cm, cacing muda yang mempunyai berat 0,1 – 5,0 mg pada ke dalaman 0 – 4 cm, sedangkan cacing dewasa yang mempunyai berat 5,0 mg pada ke dalaman 2 – 4 cm.

Media seperti apakah yang dapat digunakan untuk tumbuh dan berkembang pakan alami Tubifex ?Tubifex merupakan hewan air yang hidup diperairan tawar subtropik dan tropik baik di daerah danau, sungai dan kolam-kolam. Berdasarkan habitat alaminya pakan alami Tubifex ini merupakan organisme yang hidup didasar perairan yang banyak mengandung detritus dan mikroorganik lainnya. Tubifex ini biasanya dapat hidup pada perairan yang banyak mengandung bahan organik. Bahan organik yang terdapat didalam perairan biasanya berasal dari dekomposisi unsur hara. Unsur hara ini dialam diperoleh dari hasil dekomposisi nutrien yang ada didasar perairan. Untuk melakukan budidaya pakan alami diperlukan unsur hara tersebut didalam media budidaya. Unsur hara yang dimasukkan ke dalam media tersebut pada umumnya adalah pupuk.

Pupuk yang terdapat dialam ini dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu pupuk organik dan pupuk anorganik. Pupuk organik adalah pupuk yang berasal dari kotoran hewan, sisa tanaman, limbah rumah tangga. Sedangkan pupuk anorganik adalah pupuk yang berasal dari bahan kimia dasar yang dibuat secara pabrikasi atau yang berasal dari hasil tambang, seperti Nitrat, Fosfat (Duperfosfat/DS, Triple Superfosfat/ TSP, Superphosphat 36, Fused Magnesium Phospate/FMP), Silikat, Natrium, Nitrogen (Urea, Zwavelzure Amoniak/ZA, Amonium Nitrat, Amonium Sulfanitrat) dan lain-lain.

Jenis pupuk yang dapat digunakan sebagai sumber unsur hara pada media kultur pakan alami Tubifex adalah pupuk organik dan anorganik. Pemilihan antara kedua jenis pupuk tersebut sangat bergantung kepada ketersediaan pupuk tersebut dilokasi budidaya, dan kedua jenis pupuk tersebut dapat digunakan sebagai sumber unsur hara.

Jenis pupuk organik yang biasa digunakan adalah pupuk kandang, pupuk kandang adalah pupuk yang berasal dari campuran antara kotoran hewan dengan sisa makanan dan alas tidur hewan tersebut. Campuran ini telah mengalami pembusukan sehingga sudah tidak berbentuk seperti semula. Pupuk kandang yang akan dipergunakan sebagai pupuk dalam media kultur pakan alami adalah pupuk kandang yang telah kering. Mengapa pupuk kandang yang digunakan harus yang kering ? Pupuk kandang yang telah kering sudah mengalami proses pembusukan secara sempurna sehingga secara fisik seperti warna, rupa, tekstur, bau dan kadar airnya tidak seperti bahan aslinya.

Pupuk kandang ini jenisnya ada beberapa macam antara lain adalah pupuk yang berasal dari kotoran hewan sapi, kerbau, kelinci, ayam, burung dan kuda. Dari berbagai jenis kotoran hewan tersebut yang biasa digunakan adalah kotoran ayam dan burung puyuh. Kotoran ayam dan burung puyuh yang telah kering ini digunakan dengan dosis sesuai kebutuhan.

Pupuk yang dimasukkan ke dalam media kultur pakan alami berfungsi untuk menumbuhkan bakteri, fungi, detritus dan beragam phytoplankton sebagai makanan utama Tubifex. Dengan tumbuhnya pakan Tubifex di dalam media kultur maka pakan alami yang akan dipelihara didalam wadah budidaya tersebut akan tumbuh dan berkembang.

Berapakah dosis pupuk yang harus ditebarkan ke dalam media kultur pakan alami Tubifex ? Berdasarkan pengalaman beberapa pembudidaya dosis yang digunakan untuk pupuk kandang dari kotoran ayam sebanyak 50% dari jumlah media yang akan dibuat. Jika jumlah media yang dibuat sebanyak 500 gram maka jumlah pupuknya adalah 250 gram. Kemudian pupuk tersebut dimasukkan ke dalam wadah budidaya dicampur dengan lumpur kolam dengan perbandingan satu banding satu. Pupuk tersebut akan berproses didalam media dan akan tumbuh mikroorganisme sebagai makanan utama dari Tubifex. Waktu yang dibutuhkan oleh proses dekomposisi pupuk didalam media kultur pakan alami Tubifex ini berkisar antara 2-7 hari. Setelah itu baru bisa dilakukan penebaran bibit Tubifexke dalam media kultur.

Selama dalam pemeliharaan harus terus dilakukan pemupukan susulan seminggu sekali dengan dosis 9% pemupukan awal. Berdasarkan hasil penelitian Yuherman (1987) pemupukan susulan dengan dosis 75% dari pemupukan awal setelah 10 hari inokulasi dapat memberikan pertumbuhan yang optimal pada Tubifex. Pakan alami Tubifex mempunyai siklus hidup yang relatif singkat yaitu 50 – 57 hari. Oleh karena itu agar pembudidayaannya bisa berlangsung terus harus selalu diberikan pemupukan susulan. Dalam memberikan pemupukan susulan ini caranya hampir sama dengan pemupukan awal dan ada juga yang memberikan pemupukan susulannya dalam bentuk larutan pupuk yang dicairkan.

Parameter kualitas air didalam media kultur pakan alami Tubifex juga harus dilakukan pengukuran. Tubifex akan tumbuh dan berkembang pada media kultur yang mempunyai kandungan Oksigen terlarut berkisar antara 2,75 – 5 ppm dan jika kandungan oksigen terlarut > 5 ppm dapat meningkatkan pertumbuhan Tubifex, kandungan amonia < 1 ppm, suhu air berkisar antara 28 – 30 oC dan pH air antara 6 – 8.

Ada beberapa langkah yang harus dilakukan sebelum melakukan inokulasi bibit pakan alami ke dalam media kultur yaitu pertama melakukan identifikasi jenis bibit pakan alami Tubifex, kedua melakukan seleksi terhadap bibit pakan alami Tubifex, ketiga melakukan inokulasi bibit pakan alami sesuai dengan prosedur .

Setelah dapat membedakan antara individu Tubifex yang bertelur, anak, remaja dan dewasa maka selanjutnya adalah memilih individu yang dewasa sebagai calon bibit yang akan ditebarkan ke dalam media kultur. Jumlah bibit yang akan ditebarkan ke dalam media kultur sangat bergantung kepada volume media kultur . Padat penebaran bibit yang akan diinokulasi ke dalam media kultur biasanya adalah 2 gram permeter persegi.

Cara yang dilakukan dalam melakukan inokulasi adalah dengan menebarkannya secara hati-hati ke dalam media kultur sesuai dengan padat tebar yang telah ditentukan. Penebaran bibit Tubifex ini sebaiknya dilakukan pada saat suhu perairan tidak terlalu tinggi yaitu pada pagi dan sore hari.

Setelah dilakukan penebaran bibit didalam media pemeliharaan harus dilakukan pemupukan susulan. Pemupukan susulan adalah pemupukan yang dimasukkan ke dalam media kultur selama pemeliharaan pakan alami Tubifex dengan dosis 9 % dari dosis pemupukan pertama yang sangat bergantung kepada kondisi media kultur. Pemupukan tersebut sangat berguna bagi pertumbuhan detritus, fungi dan bakteri yang merupakan makanan utama dari pakan alami Tubifex.

Fungsi utama pemupukan susulan adalah untuk menumbuhkan pakan yang dibutuhkan oleh Tubifex agar tumbuh dan berkembang. Berdasarkan kebutuhan pakan bagi Tubifex tersebut maka prosedur yang dilakukan dalam memberikan pemupukan susulan ada dua cara . Pertama adalah dengan menebarkan secara merata ke dalam media pemeliharaan sejumlah pupuk yang sudah ditimbang sesuai dengan dosis pemupukan susulan. Kedua adalah dengan cara membuat larutan pupuk didalam wadah yang terpisah dengan wadah budidaya, larutan pupuk tersebut dialirkan keseluruh permukaan media pemeliharaan ,dengan dosis yang telah ditentukan.

Frekuensi pemupukan susulan ditentukan dengan melihat sample air didalam media kultur , parameter yang mudah dilihat adalah jika warna media pemeliharaan sudah terang didalam media kultur. Hal ini dapat dilihat dari warna air media yang berwarna keruh atau warna teh bening. Jika hal tersebut terjadi segera dilakukan pemupukan susulan. Jenis pupuk yang digunakan sama dengan pemupukan awal.

Mengapa pertumbuhan populasi pakan alami Tubifex harus dipantau ? Kapan waktu yang tepat dilakukan pemantauan populasi pakan alami Tubifex yang dibudidayakan didalam media kultur ? Bagaimana kita menghitung kepadatan populasi pakan alami Tubifex didalam media kultur? Mari kita jawab pertanyaan-pertanyaan tersebut dengan mempelajari buku ini selanjutnya. Didalam buku ini akan diuraikan secara singkat tentang pertumbuhan Tubifex, menghitung kepadatan populasi dan waktu pemantauannya.

Tubifex yang dipelihara dalam media kultur yang tepat akan mengalami pertumbuhan yang cepat. Secara biologis Tubifex akan tumbuh dewasa pada umur 40 – 45 hari, jika pada saat inokulasi yang ditebarkan adalah bibit Tubifex yang dewasa maka dalam waktu sepuluh sampai duabelas hari bibit Tubifex tersebut sudah mulai bertelur pada media yang mempunyai suhu 24 – 25 oC. Jumlah telur yang dikeluarkan dari satu induk Tubifex sangat bergantung kepada jumlah kokon yang dihasilkan pada setiap induk. Kokon ini akan terbentuk pada salah satu segmen tubuh induk Tubifex. Daur hidup Tubifex adalah 50 – 57 hari dan Tubifex menjadi dewasa dalam waktu empat puluh hari, sehingga bisa diperhitungkan prediksi populasi Tubifex didalam media kultur.

Berdasarkan siklus hidup Tubifex maka kita dapat menentukan waktu yang tepat untuk dilakukan pemanenan sesuai dengan kebutuhan larva atau benih ikan yang akan mengkonsumsi pakan alami Tubifex. Ukuran Tubifex yang dewasa dan anak-anak berbeda oleh karena itu perbedaan ukuran tersebut sangat bermanfaat bagi ikan yang akan mengkonsumsi dan disesuaikan dengan ukuran bukaan mulut larva.

Pemantauan pertumbuhan pakan alami Tubifex di media kultur harus dilakukan agar tidak terjadi kapadatan populasi yang mengakibatkan tingkat kematian yang tinggi didalam media. Hal tersebut diakibatkan oleh kurangnya oksigen didalam media kultur. Tingkat kepadatan populasi yang maksimal didalam media kultur adalah 30 – 50 gram permeterpersegi, walaupun ada juga yang mencapai kepadatan 120 – 150 gram permeterpersegi.

Untuk mengukur tingkat kepadatan populasi Tubifex didalam media kultur dilakukan dengan cara sampling beberapa titik dari media, minimal tiga kali sampling. Sampling dilakukan dengan cara mengambil air media kultur yang berisi Tubifex dengan menggunakan baker glass atau erlemeyer. Hitunglah jumlah Tubifex yang terdapat dalam botol contoh tersebut, data tersebut dapat dikonversikan dengan volume media kultur.

Pemanenan pakan alami Tubifex dapat dilakukan setelah pemeliharaan selama dua bulan setelah itu pemanenen dapat dilakukan setiap dua minggu biasanya jumlah yang dipanen adalah kurang dari 50% . Pemanenan Tubifex dapat juga dilakukan seminggu sekali atau dua minggu sekali sangat bergantung kepada kelimpahan populasi Tubifex di dalam media kultur. Pada saat pemanenan sebaiknya wadah budidaya Tubifex tersebut ditutup terlebih dahulu selama 6 jam untuk memudahkan pemanenan, karena dengan penutupan selama 6 jam Tubifex akan keluar secara perlahan-lahan dari lumpur tempatnya bersembunyi membenamkan sebagian tubuhnya tersebut. 

Untuk menghitung kepadatan Tubifex pada saat akan dilakukan pemanenan, dapat dilakukan tanpa menggunakan alat pembesar atau mikroskop. Tubifex diambil dari dalam wadah pemeliharaan dan ditimbang jumlah Tubifex yang diambil setelah itu dapat dihitung jumlah individu pergramnya dengan melakukan perhitungan matematis.

Pemanenan Tubifex dapat dilakukan berdasarkan siklus reproduksinya, dimana Tubifex akan menjadi dewasa pada umur empat puluh sampai empat puluh lima hari dan dapat bertelur setelah sepuluh sampai duabelas hari, maka dapat dipredeksi kepadatan populasi Tubifex didalam media kultur jika padat tebar awal dilakukan pencatatan. Tubifex dapat berkembang biak tanpa kawin dan usianya relatif singkat yaitu 50–57 hari.

Pemanenan dapat dilakukan pada hari ke limapuluh sampai limapuluh tujuh jika populasinya sudah mencukupi, pemanenan tersebut dilakukan dengan cara menggunakan seser halus. Waktu pemanenan dilakukan pada pagi hari disaat matahari terbit, pada waktu tersebut Tubifex akan banyak mengumpul dibagian permukaan media untuk mencari sinar. Dengan tingkahlakunya tersebut akan sangat mudah bagi para pembudidaya untuk melakukan pemanenan. Tubifex yang baru dipanen tersebut dapat digunakan langsung untuk konsumsi larva atau benih ikan.

Tubifex yang sudah dipanen tersebut dapat tidak secara langsung diberikan pada larva dan benih ikan hias yang dibudidayakan tetapi dilakukan penyimpanan. Cara penyimpanan Tubifex yang dipanen berlebih dapat dilakukan pengolahan Tubifex segar menjadi beku. Proses tersebut dilakukan dengan menyaring Tubifex dengan air dan Tubifexyang telah bersih saja yang dimasukkan dalam wadah plastik dan disimpan didalam lemari pembeku (Freezer).

Untuk melakukan budidaya Tubifex secara skala kecil dapat dilakukan dengan menggunakan wadah yang terbuat dari bak plastik dengan langkah kerja sebagai berikut :

1.Pembuatan wadah budidaya dengan menggunakan bak kayu yang terbuat dari kayu yang dilapisi plastik dengan ukuran misalnya 100 cm X 50 cm X 10 cm.

2.Masukkan media ke dalam wadah budidaya Tubifex dengan kedalaman media 5 cm, media ini terbuat dari lumpur dan pupuk kandang dengan perbandingan lumpur dan pupuk kandang adalah 1 : 1.

3.Masukkan air ke dalam wadah yang telah berisi media tersebut, ke dalaman air dalam wadah budidaya adalah 2 cm dan buatlah sistem air mengalir pada wadah budidaya dengan debit air berkisar 900 ml/menit. Debit air yang optimal adalah 930 ml/menit. Tubifex tidak akan tumbuh pada wadah dan media yang tidak dialiri air karena pada media tersebut banyak mengandung bahan organik. Perlakuan debit air akan sangat menentukan biomassa cacing rambut yang tumbuh di madia tersebut.

4.Biarkan media tersebut selama 5–7 hari agar terjadi proses pembusukan didalam wadah budidaya dan akan tumbuh detritus dan mikroorganisme lainnya sebagai makanan untuk Tubifex.

5.Setelah itu masukkan Tubifexke dalam media tersebut dengan dosis 2 gram permeter persegi

6.Lakukan pemeliharaan Tubifex tersebut dengan melakukan pemupukan susulan dan pemantauan pertumbuhan setiap sepuluh hari sekali.

7.Pemanenan Tubifex dapat dilakukan setelah minimal 40 hari pemeliharaan. Berdasarkan hasil penelitian waktu yang tepat untuk melakukan panen Tubifex adalah pada hari ke-40, 60, 80, 120, 140 dan 160 setelah pemeliharaan.




Gambar 1. Proses inokulasi bibit Tubifex di kolam pemeliharaan


Untuk melakukan kultur massal Tubifex ini banyak para pembudidaya melakukan berbagai percobaan formulasi pupuk yang digunakan untuk memperoleh produktifitas yang maksimal. Antara lain ada yang menggunakan pupuk dengan formulasi dedak halus atau ampas tahu sebanyak 200 – 250 gr/m2 atau dengan pupuk kandang sebanyak 300 gr/ m2. Selain itu ada juga yang menggunakan pupuk kotoran ayam yang sebelumnya sudah di jemur selama 6 jam untuk menghilangkan kadar amoniak yang terdapat pada kotoran ayam tersebut. Untuk meningkatkan proses penguraian bakteri di dalam media budidaya ditambahkan bakteri EM4 untuk memfermentasi kotoran ayam tersebut dan dibiarkan selama kurang lebih 2 jam. Campuran kotoran ayam dan bakteri EM 4 tersebut dibiarkan dulu agar terjadi proses fermentasi secara sempurna dengan cara menutup media tumbuh Tubifex tersebut. Langkah selanjutnya media tumbuh dialiri air setinggi 5 cm selama 3-4 hari. Jumlah bibit yang ditebar ke dalam media tanam biasanya berkisar antara 2 gram/ m2.

Budidaya Cacing Darah

Larva Chironomus sp. yang dikenal sebagai cacing darah memiliki kandungan nutrisi tinggi dan pigmen karoten yang penting untuk menunjang keberhasilan budidaya ikan dan udang terutama sebagai ikan hias. Larva Chironomus banyak terdapat di perairan yang mengandung bahan organik tinggi sehingga diperlukan pemupukan baik organik maupun anorganik untuk merangsang pertumbuhannya.

Cacing darah telah banyak dikenal sebagai pakan alami, hal ini didukung juga oleh penelitian-penelitian terhadap kadungan nilai gizi yang terdapat pada cacing darah itu sendiri. Hasil analisa menunjukkan bahwa cacing darah mengandung 9,3% bahan kering yang terdiri dari 62,5% protein, 10,4% lemak dan 11,6% abu dengan 15,4% bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN). Kandungan protein larva Chironomus yang sangat tinggi mencapai 60% yang dapat dicerna langsung oleh ikan, serta lemak 10% inilah yang mendukung kecepatan pertumbuhan ikan. Selain itu juga larva Chironomus mengandung pigmen karoten berupa astaxanthin yang mencerahkan warna pada ikan.

Penelitian tentang cacing darah ini juga dilakukan untuk mengetahui pertumbuhan produktivitas larva Chironomus yang dipelihara dalam air yang mengandung 1,0, 1,5, 2,0 dan 2,5 g kotoran ayam per liter air. Pertumbuhan larva yang dipelihara selama 4 minggu pada media yang dipupuk menggunakan kotoran ayam sebanyak 1,0; 1,5; 2,0 dan 2,5 gr/l masing-masing mengalami puncak pada minggu ke-3. Populasi terbanyak mencapai 19680 ekor terjadi pada media dengan dosis pemupukan tertinggi. Pertumbuhan panjang maupun berat larva Chironomus yang dipelihara dengan pemupukan media yang berbeda tersebut masing-masing tidak berbeda nyata. (Shafrudin, 2012).

Untuk melakukan budidaya cacing darah hampir sama dengan proses budidaya cacing rambut atau Tubifex, karena keduanya masuk ke dalam kelompok Benthos yaitu organisme yang sangat membutuhkan bahan organik yang tinggi untuk pertumbuhan dan perkembangbiakannya. Wadah yang dapat digunakan untuk membudidayakan cacing darah berupa bak kayu atau bak beton. Ukuran wadah disesuaikan dengan kapasitas produksi. Untuk mengoptimalkan proses budidaya biasanya wadah yang dibuat untuk budidaya berukuran 60 X 60 X 10 cm. Ukuran tersebut boleh dimodifikasi sesuai dengan keinginan pembudidaya. Tetapi yang menjadi acuan adalah ke dalaman airnya sebaiknya tidak lebih dari 20 cm.

Setelah menyiapkan wadah budidaya cacing darah dilakukan penyiapan media tumbuh, media tumbuh cacing darah sama seperti pada budidaya cacing rambut yaitu campuran antara pupuk kandang dan lumpur kolam. Unsur hara yang dipergunakan bisa berbagai macam baik pupuk organik maupun pupuk anorganik. Dari beberapa hasil penelitian yang terbaik untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan cacing darah adalah pupuk kotoran ayam dengan dosis 2,5 gram/liter medium.

Inokulasi bibit adalah menebarkan induk (imago) yang bisa dibeli dari tempat khusus atau ada disekitar kita. Induk jantan dan betina nyamuk Chironomus ini akan mengalami perkembangbiakan secara seksual/kawin.Setelah proses pemijahan, induk betina akan meletakkan massa telurnya di permukaan air yang akan tenggelam ke dasar perairan dan kemudian menetas menjadi larva. Siklus hidup dari telur hingga mencapai dewasa biasanya memakan waktu kurang dari satu minggu atau bahkan lebih dari setahun tergantung jenis spesies dan musim.

Induk Chironomus meletakkan telurnya di tempat yang mengeluarkan aroma khas dari proses pembusukan bahan organik. Telur Chironomus ini selalu ditemukan pada pagi hari, sehingga dimungkinkan induk meletakkan massa telurnya pada malam hari. Massa telur Chironomus berisi 100 sampai 2000 butir telur dan akan menetas dalam waktu 24 sampai 36 jam.

Setelah telur menetas akan keluar larva yang berbentuk memanjang seperti belatung mempunyai panjang tubuh berkisar antara 1 – 100 mm. Kepala cacing darah tersusun atas sklerotin, thorax tidak memiliki pasang kaki, tidak memiliki bakal sayap, abdomen 8 – 10 ruas. Larva Chironomus mempunyai habitat akuatik dan bersifat saprofog atau dentrivor, ada beberapa jenis yang hidup dan membuat suatu tempat berbentuk tabung yang biasa ditemukan di dasar kolam atau bak air. Imago sebagian besar bersifat nocturnal, banyak ditemukan di sekitar cahaya. Larva akan hidup hingga 1 – 2 minggu yang kemudian akan berubah menjadi pupa. Sebelum masa inilah larva Chironomus atau dikenal juga sebagai cacing darah biasa dipanen sebagai pakan alami ikan. Setelah beberapa hari menjadi pupa, Chironomus akan keluar dari pupanya menjadi Chironomus dewasa yang berupa nyamuk pemakan nectar. Chironomus dewasa sendiri hanya bertahan hidup sekitar 2 – 3 hari.

Larva Chironomusyang dipergunakan sebagai pakan alami akan dilakukan pemanenan beberapa hari setelah telur menetas menjadi larva. Pada stadia larva inilah yang dipergunakan sebagai pakan alami ikan konsumsi dan ikan hias. Pemanenan dilakukan pada pagi atau sore hari karena pada waktu tersebut larva Chironomus akan munculkepermukaan dan memudahkan untuk melakukan pemanenan. Larva Chironomus yang dijual dipasaran biasanya dikemas dalam bentuk beku. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar berikut.

Gambar. Cacing darah beku siap jual


Referensi: Buku Ajar Produksi Pakan Alami. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Kemendikbud. 2013

No comments:

Post a Comment

Kontak

Hei Hubungi Kami di 081386423223 (Asep Ibrohim)

Anda Pengunjung Ke

lokasi kami