Spirulina platensis adalah mikroalga dari kelas Cyanophyceae atau alga hijau biru yang terdapat dalam jumlah yang berlimpah di laut. Alga ini mengandung pigmen kebiru-biruan karena mengandung pigmen phycocyanin dan kadang-kadang juga mengandung pigmen kemerah-merahan seperti phycocerythrin yang terdapat pada alga merah. Oleh karena itu alga kelompok ini berwarna hijau biru. Alga jenis ini yaitu Spirulina telah lama dikonsumsi oleh manusia sebagai sumber protein dan banyak mengandung berbagai macam vitamin. Spirulina merupakan alga yang terlihat sepert benang filamen bersel banyak dengan ukuran 200-300 mikron meter dan lebar 5-10 mikron meter. Setiap filamennya terbentuk 7 spiral yang dapat mencapai ukuran 1000 mikron meter dan berisi 250-400 sel.
Budidaya Spirulina platensissama seperti budidaya phytoplankton lainnya yang telah dijelaskan sebelumnya. Untuk melakukan budidaya Spirulina platensis diawali dengan melakukan kultur murni, dimana pada budidaya kultur murni harus dilakukan dengan media agar selanjutnya kultur cair pada erlenmeyer dan selanjutnya hasil dari kultur murni akan dipergunakan untuk membudidayakan kultur semi massal atau intermediet di dalam wadah toples, bak fiber atau bak beton. Bibit yang berasal dari kultur semi massal ini akan dipergunakan untuk budidaya massal. Untuk melakukan budidaya Spirulina platensis secara massal dapat dilakukan dengan menggunakan wadah kolam.
Setelah menyiapkan wadah dan media untuk budidaya Spirulina platensis langkah selanjutnya adalah memberi pupuk. Pemupukanharus dilakukan karena untuk tumbuh dan berkembang phytoplankton membutuhkan unsur hara dari sumber nitrogen, sumber nitrogen bisa diperoleh dari nitrat atau urea. Berdasarkan hasil penelitian kotoran hewan yang telah dikeringkan dan mengalami pencernaan sebagian merupakan sumber nitrogen dan media pertumbuhan dalam mencari teknologi produksi budidaya massal yang murah.
Pada budidaya Spirulina platensis secara murni biasa menggunakan pupuk Wayne seperti tertera pada Tabel berikut.
No.
|
Bahan kimia
|
Pupuk Conwy/Wayne
|
1.
|
EDTA
|
45 gram
|
2.
|
NaH2PO4.2H2O
|
20 gram
|
3.
|
FeCl3.6H2O
|
1,3 gram
|
4.
|
H3BO3
|
33,6 gram
|
5.
|
MnCl2.4H2O
|
0,36 gram
|
6.
|
NaNO3
|
100 gram
|
7.
|
Trace Metal Solution
|
1 ml
|
8.
|
Vitamin
|
1 ml
|
9.
|
Aquades sampai
|
1000 ml
|
Tabel . Komposisi pupuk untuk kultur murni Spirulina platensis
Sedangkan untuk membudidayakan Spirulina platensissecara massal menggunakan pupuk teknis. Jenis pupuk teknis yang digunakan dapat dilihat pada Tabel berikut. Jumlah pupuk yang tertera pada Tabel tersebut dipergunakan untuk pemupukan kultur massal di kolam dengan volume air laut 100 m3.
No.
|
Jenis pupuk
|
Jumlah
|
1.
|
(NH2)2CO
|
30 kg
|
2.
|
NH4H3PO4
|
5 kg
|
3.
|
K2SO4,
|
4 kg
|
4.
|
MgSO4. 7H2O
|
2 kg
|
5.
|
CaCO3
|
0,02 kg
|
6.
|
FeSO4
|
0,02 kg
|
Tabel. Komposisi Pupuk teknis untuk budidaya massal Spirulina platensis
Medium pemeliharaan dipergunakan air laut, diambil dari Laut Jawa berjarak 300 meter dari pantai dengan menggunakan pompa air. Air laut selanjutnya di tampung dalam kolam tandon (settling tank). Air laut selanjutnya dilakukan filterisasi yang terdiri atas stainer filter (50 µm), Aqualine filter (1 µm), dan lampu ultra violet. Output dengan sistem filter ini, air akan terbebas dari kontaminan microalgae lain dan bakteri. Kolam pemeliharaan dirancang dengan sistem race way dan digerakkan dengan paddle wheel (1 PK) sehingga air selalu berputar selama 24 jam. Bagian atas kolam diberikan penutup (paranet hitam) agar terhindar dari kotoran ringan seperti serangga maupun potongan daun masuk kedalam kolam pemeliharaan.
Bibit Spirulina platensis yang dipergunakan sebagai inokulan, dibudidayakan di tempat terpisah. Inokulan bibit dengan volume 20 m3 kemudian disaring dan selanjutnya di inokulasikan untuk setiap kolam ukuran 100 m3 air. Pupuk yang diberikan adalah pupuk komersial yang terdiri atas 30 kg (NH2)2CO, 5 kg NH4H3PO4, 4 kg K2SO4, 2 MgSO4. 7H2O kg, 0,02 kg CaCO3, 0,02 kg FeSO4.(Fairus, et al, 2010).
Pemanenan dilakukan pada usia 7 hari pemeliharaan. Pemanenan dilakukan dengan cara menyaring dengan kain nylon. Hasil pemanenan kemudian dilakukan desalinasi hingga bersih dan bebas dari partikel garam dan selanjutkan dikeringkan menggunakan warm air flow dryer system hingga mencapai kadar air < 6%.
Spirulina platensis termasuk ke dalam mikroalga kelompok Cyanophyceae dimana dalam proses budidayanya membutuhkan cahaya yang tidak terlalu kuat untuk tumbuh dan berkembang, berkisar antara 1.500 – 10.000 lux. Oleh karena itu pada saat melakukan budidaya secara massal pada wadah budidaya diberikan paranet. Budidaya Spirulina ini digunakan paranet untuk mengurangi cahaya yang berlebihan. Ekspose cahaya berlebihan mengakibatkan pertumbuhan Spirulina jadi lambat dan warna lebih pudar serta cenderung kekuningan.
Berdasarkan hasil penelitian Fairus et. all. (2010) yang telah meneliti tentang budidaya Spirulina platensis di perairan laut Jepara terjadi fluktuasi pertumbuhan yang dilihat dari tingkat kepadatan kultur massal Spirulina platensis. Hasil kepadatan pemeliharaan Spirulina selama tujuh bulan pemeliharaan disajikan pada Gambar berikut .
Gambar . Kepadatan Spirulina selama tujuh bulan pemeliharaan
Gambar . Produksi Spirulina (kg/kolam) selama tujuh bulan pemeliharaan
Lama dan intensitas cahaya sangat mempengaruhi perkembangan Spirulina, cuaca di perairan Jepara dalam tahun ini tidak terdapat perbedaan antara musim kemarau dan penghujan, musim kemarau masih sering terjadi hujan. Produksi Spirulina saat bulan basah (Februari – Maret) bisa mencapai lebih 7 kg/kolam dan hanya sekali terjadi produksi rendah. Antara bulan Mei hingga Agustus juga masih terjadi turun hujan, namun pola produksi masih tetap sama. Hal ini menandakan bahwa sepanjang tahun budidaya Spirulina masih bisa dilakukan, sementara negara-negara penghasil Spirulina hanya bisa dilakukan saat musim panas saja.
Salinitas air pemeliharan Spirulina platensis berkisar antara 25 – 33 g/l. Spirulina platensis tetap tumbuh dan berkembang pada salinitas tinggi. Salinitas diatas 35 g/l mulai terjadi deformities dimana sinusiod semakin melebar. Pemeliharaan marine spirulina umumnya dilakukan pada salinitas 15 g/l .
Berdasarkan hasil penelitian Fairus et all. (2010) yang telah melakukan analisa proksimat pada Spirulina platensis yang dikulturnya. Analisis nutrisi Spirulina platensis, pada bulan basah (Februari – April) dan musim kemarau basah (Mei – Agustus) tidak terjadi perubahan nilai nutrisi yang mencolok. Nilai nutrisi Spirulina dipengaruhi oleh nutrient intake (Tabel 4). Selain itu Spirulina platensis yang di budidayakan di kolam dapat dilakukan sepanjang tahun baik musim penghujan maupun kemarau dan tahan pada salinitas hingga 32 g/l. Budidaya Spirulina platensis skala komersial di Jepara telah mampu memproduksi dengan kepadatan 0.062 g/L selama 7 hari pemeliharaan.
Bulan
| |||||
Parameter
|
satuan
| ||||
Februari – April
|
Mei - Agustus
| ||||
Air
|
%
|
6.8
|
6.5
| ||
abu
|
%
|
6.2
|
6.0
| ||
protein
|
%
|
69.2
|
70.0
| ||
lemak
|
%
|
5.8
|
6.0
| ||
karbohidrat
|
%
|
12.0
|
11.5
| ||
Tabel . Nilai nutrisi Spirulina hasil pemeliharaan antara bulan basah dan kemarau basah
Produktivitas pemeliharaan Spirulina platensis dipengaruhi oleh nutrien terlarut. Kelarutan pospat sangat menentukan pertumbuhan dan mutu chloropil. Kadar pospat rendah menyebabkan Spirulina akan berwarna kekuningan karena sel Chloropil terputus-putus dan dapat menyebabkan kematian Spirulina.
Referensi: Buku Ajar Produksi Pakan Alami. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan Kemendikbud. 2013
No comments:
Post a Comment